Hal tersebut disebabkan neraca perdagangan Balikpapan dan AS terhitung hanya satu persen. "Hampir tidak ada dampaknya," kata Kepala Bank Indonesia Cabang Balikpapan, Iman Causa Karana, Selasa (14/10).
Perdagangan di Balikpapan, kata Iman mayoritas sebesar 77 persen didominasi tujuan negara-negara Asia. Perdagangan ekspor terjadi untuk hasil sumber daya alam (SDA) batubara dan crude palm oil (CPO). "Tujuannya ke India dan China," ungkap dia.
Dampak krisis ekonomi global, kata Iman, dimungkinkan oleh tiga permasalahan, yaitu adanya investasi langsung, investasi tidak langsung, dan perdagangan. Semua hal tersebut tidak memengaruhi secara langsung perekonomian Balikpapan.
Iman meminta pelaku usaha maupun masyarakat Balikpapan tidak panik menghadapi krisis ekonomi global. Masyarakat diminta percaya kebijakan telah diputuskan pemerintah. "Ini sudah saya sampaikan kepada pengusaha Balikpapan," tuturnya.
Wali Kota Balikpapan, Imdaad Hamid menyatakan, perekonomian tidak terpengaruh dengan situasi yang melanda dunia. Terlebih, anggaran daerah tidak terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah. "Kebijakan pemerintah sudah tepat sekarang ini," ujarnya.
Sejumlah proyek pembangunan yang mengandalkan investasi luar juga masih berjalan normal. Kantor Penanaman Investasi Daerah (KPID) Balikpapan menyebutkan, rencana investasi pembangunan Kawasan Industri Kariangau (KIK) mampu menyedot dana sebesar Rp 5 triliun.
"Investasi masih normal, karena yang menanamkan modalnya tidak hanya dari Amerika Serikat," kata Suryanto, Kepala KPID Balikpapan.
S.G. Wibisono