Kebijakan menaikkan pajak impor barang konsumtif itu, menurut Paskah, untuk memperkuat pasar dalam negeri. Penerapan kebijakan itu, menurutnya akan memakan waktu lama. Bahkan baru dicabut jika krisis eknomi telah mereda.
Menurut Paskah, besarannya akan ditetapkan setinggi-tingginya lewat proses regulasi soal itu. Perumusannya sudah dilakukan sejak seminggu lalu melalui Rakor untuk mengimplementasikan Inpres Nomor 5/2008 yang tujuannya untuk memproteksi semua produk dalam negeri.
Dia mengatakan, posisi neraca ekspor-impor Indonesia saat ini, lebih banyak porsi barang impor. Dia menolak menyebut besarannya, dengan alasan porsi untuk menjelaskan itu ada pada Menteri Keuangan.
Menurut Paskah, pemerintah sendiri lebih khawatir soal masuknya penyelundupan yang bisa merusak pasar dalam negeri. Pencegahannya, paparnya, sudah dilakukan dengan memperketat pelabuhan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, imbas krisis finansial yang berasal dari Amerika bakal mencapai Indonesia tahun depan. “Alhamdulillah kita agak jauh dari Amerika, tapi virusnya mungkin sampainya tahun depan lah kira-kira walau pun sekarang sudah ada sedikit-sedikit,” katanya di Bandung, Minggu (26/10).
Di antara imbas itu, contoh Kalla, menurunnya ekspor tekstil menuju Amerika. Penyebabnya, lanjutnya, orang-orang di sana akan mengurangi pengeluarannya yang konsumtif.
Meski begitu, Kalla meminta agar semua pihak tidak pesimis dengan situasi tahun depan. Soal tekstil, contohnya, ekspor Indonesia umumnya pakaian yang relatif sederhana. “Garment kita di sini bukanuntuk Guci, untuk Georgio Armani, orang pasti berkurang beli itu,” katanya.
Masalah yang tak kalah penting, kemungkinan membanjirnya barang-barang murah yang bisa merusak pasar dalam negeri yang harus dijaga. “Jadi yang kita buat adalah lebih selektif, supaya jangan ada impor tekstil yang merusak pabrik di Bandung, Tangerang, atau di Bekasi, pelabuhan mesti dijaga,” kata Kalla.
Ahmad FIkri