TEMPO Interaktif, Semarang: Kepala Polres Kabupaten Semarang, Ajun Komisaris Besar Hafidz Yuhas, mengatakan keberadaan Pujiono Cahyo Widianto tidak jelas. Ketika dicari untuk diperiksa berkaitan dengan perkawinannya dengan bocah di bawah umur, pengusaha kaligrafi kuningan yang biasa dipanggil Syeh Puji diberitakan pergi ke Singapura.
Namun, kata Hafidz, penerbangan dari Bandar Udara Adi Sucipto Semarang dan Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta tidak ada penumpang asal Indonesia atas nama Pujiono Cahyo Widianto. Didatangi ke rumahnya juga, tidak ditemukan.
Syeh Puji pada Minggu (26/10) mengaku kepada wartawan melancong ke Singapura bersama dua istrinya, salah satunya Lutfiana Ulfa, 12 tahun, yang baru dikawini beberapa pekan lalu.
"Saya sudah mengecek tiket pesawat tujuan Singapura, nama Seyeh Puji tidak ada," katanya kepada Tempo, Selasa (28/10). Ia menduga, informasi kepergian Syeh Puji ke Singapura sekadar mengelabuhi dari upaya pemeriksaan polisi.
Menurut Hafidz, untuk mengantisipasi upaya pria 43 tahun itu kabur kepolisian memperispakan berbagai langkah. "Selain terus mencari posisi Syeh Puji, kami koordinasi dengan Imigrasi," ujarnya. "Kami segera memanggil secara resmi untuk dimintai keterangan."
Syeh Puji dicari Polisi Semarang karena perkawinannya dengan bocah jebolan SMP Negeri I Bawen diadukan sebuah lembaga swadaya masyarakat. Bos PT Sinar Lendoh Terang, yang pernah berzakat Rp 1,3 miliar secara langsung kepada ribuan warga miskin itu, dilaporkan melanggar sejumlah undang-undang.
Di antara peraturan yang ditabrak adalah tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Undang-undang tentang Ketenagakerjaan. Syeh Puji bisa dianggap mempekerjakan anak di bawah umur karena dalam sebuah kesempatan ia mengatakan, Lutfiana Ulafa, istri mudanya, diangkat menjadi General Manajer PT Sinar Lendoh Terang.
'Kami bisa menangkap atau memborgolnya. Tapi, setelah nanti ada bukti kuat bahwa yang bersangkuat melanggar undang-undang," ujar Hafidz.
Senin (27/10), Polres Kabupaten Semarang memeriksa sejumlah orang. Di antaranya Suroso, 35 tahun, ayah kandung Lutfiana Ulfa. Kemudian Kepala Sekolah SMP Negeri I Bawen Retno Kuncarani, staf Kantor Kecamatan Jambu Djoko Moeljono, dan Kepala Desa Randu Gading, Sustiarto.
Informasi yang beredar, Lutfiana Ulfa terpaksa keluar dari SMP Negeri 1 Bawen pada saat kelas 8 C atau kelas dua. Ia dibujuk untuk belajar di pesantren, yang dikelola oleh Syeh Puji. Selang beberapa bulan, berita Lutfiana bukan prestasi, tapi heboh menjadi istri kedua pria 43 tahun, pemilik pesantren.
Rofiuddin