"Mulai bulan ini, kami menurunkan produksi per bulan jadi sekitar 450 ribu unit saja," kata Direktur PT Panasonic Manufacturing Indonesia Moetawakkil kepada Tempo, Selasa (9/12). Sebelumnya, Panasonic biasa menghasilkan 600 ribu unit barang elektronik.
Menurut Moetawakkil, bulan Januari mendatang, Panasonic akan menurunkan lagi produksinya, namun masih di kisaran 400 ribuan unit. Pengurangan produksi diberlakukan di semua lini produk Panasonic yang mencakup televisi, lemari es, dan pendingin udara.
Hal serupa dilakukan pula oleh PT Sharp Electronics Indonesia mulai bulan Januari depan. "Kami turunkan produksi hingga 10 persen," kata General Manager Penjualan dan Pemasaran PT Sharp Electronics Indonesia Iffan Suryanto. Lini yang paling banyak dikurangi produksinya ialah televisi, meski Iffan enggan menyebutkan berapa jumlahnya.
Pemangkasan produksi dilaksanakan pengusaha dengan cara meniadakan lembur serta mengurangi shift kerja dari tiga shift menjadi dua shift sehari.
Menurut Ketua Electronic Marketers Club Agus Subiantoro, krisis finansial menyebabkan daya beli masyarakat tahun depan berkurang. "Apalagi pelemahan tukar rupiah membuat produsen elektronik harus menaikkan harga barang karena mereka menggunakan banyak komponen impor," tutur Agus. Akibatnya, penjualan tahun depan diramalkan akan berkurang sampai 15 persen dari angka tahun ini yang sekitar Rp 17,8 triliun.
Untuk mengatasi lesunya penjualan tahun depan, pengusaha barang elektronik meminta pemerintah bisa menjaga kurs rupiah agar stabil, serta benar-benar melaksanakan pengetatan impor barang elektronik agar produk selundupan tak lagi merebut pasar industri domestik.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Barang Elektronik Rachmat Gobel berpendapat krisis harus dimanfaatkan sebagai momentum menumbuhkan industri domestik sebagai pembuat barang, bukan sekadar perakit produk. "Pemerintah harus lebih mendorong industri penyokong, agar kami tak harus mengimpor komponen elektronik sehingga terguncang jika rupiah melemah," ujarnya. Ia mencontohkan, bahan penolong yang diperlukan dan bisa dikembangkan di dalam negeri antara lain pola dan cetakan mould and die, komponen motor, serta komponen plastik.
Rachmat juga ingin pemerintah meninjau lagi harmonisasi tarif masuk barang impor. "Tarif yang rendah membuat orang memilih mengimpor barang karena lebih murah dan untung ketimbang membuat produk serupa di dalam negeri."
BUNGA MANGGIASIH