Parahnya, lanjut dia saat ini proses tender baru masuk tahap prakualifikasi. Masih ada tahap berikutnya yang pasti akan memakan waktu. "Masih ada tahap penjelasan dan penawaran," ujarnya.
Ada kemungkinan tahapan ini tidak memakan waktu lama jika penunjukan perusahaan berdasarkan penawaran berjalan mulus. Namun ada satu hal patut diwaspadai, yaitu kemungkinan kolusi dalam penunjukan perusahaan pemenang tender. "Badan Pengawas Pemilu harus jeli, pada tahap inilah seringkali terjadi ketidakberesan. Khususnya dalam penentuan perusahaan pemenang," ujarnya.
Hal lain yang menimbulkan kakawatiran, kata Hayie, adalah jika tahapan itu tak berjalan mulus. Buntutnya proses distribusi juga akan terganggu. "Januari selesai tender saja sudah berpengaruh buruk pada distribusi, apalagi kalau molor," ujarnya.
Menurut Hayie, target Komisi Pemilihan Umum (KPU) selesai proses tender akhir Januari tersebut sebenarnya sudah cukup menghambat distribusi. "Itu kan musim penghujan, berdasarkan pengalaman tahun lalu cuaca didaerah timur Indonesia tidak bagus. Berpengaruh besar pada distribusi," ujarnya.
Oleh karena itu Hayie menyarankan agar Komisi Pemilihan dan Badan Pengawas Pemilu bekerjasama dengan baik dalam proses tender dan distribusi ini. "Memang sudah agak telat tapi ya bagimana lagi. Sekarang pelaksanaan dan pengawasan harus jalan bareng dan baik, agar semua lancar," ujarnya.
Hayie juga memperingatkan agar Komisi Pemilihan benar-benar selektif dalam memilih perusahaan pemenang tender. "Lebih tepat jika konsorsium perusahaan pemenang dipimpin oleh perusahaan percetakan, biar efektif," ujarnya.
TITIS SETYANINGTYAS