TEMPO Interaktif, Bandung:Pendidikan, pernikahan dini, hingga angka kematian ibu melahirkan masih menjadi persoalan perempuan di Jawa Barat. “Mudah-mudahan bukan karena diskriminasi, tapi fakta di lapangan seperti itu,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai memimpin perayaan Hari Ibu di Bandung.
Catatan pemerintah daerah, rata-rata lama sekolah perempuan di Jawa Barat hanya mencapai 6,5 tahun. Angka ini menunjukkan rata-rata perempuan di Jawa Barat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar.
Angka melek huruf perempuan di Jawa Barat juga menunjukkan hal yang sama. “Buta aksara pada perempuan angkanya lebih tinggi daripada laki-laki,” kata Heryawan. Data lainnya rata-rata perempuan di Jawa Barat menikah pada umur 17 tahun. Bahkan di sejumlah daerah contohnya Indramayu dan Sukabumi, lebih rendah lagi yakni rata-rata pernikahannya pada usia 15,8 tahun.
Heryawan mengatakan, kebiasaan menikahkan anak perempuannya pada usia dini ini, dicurigai sebagai faktor penyumbang tingginya angka kematian ibu melahirkan di Jawa Barat. Angka kematian ibu melahirkan di Jawa Barat ada pada kisaran 215 kematian setiap 100 ribu kelahiran per tahun. Angka itu menempatkan Jawa Barat pada posisi kedua tertinggi setelah Nusa Tenggara Barat. Persoalan lainnya terdapat pada buruh migran yang bekerja di luar negeri asal Jawa Barat.
Sejumlah persoalan besar yang dihadapi perempuan di Jawa Barat, lanjutnya, harus menjadi perhatian bersama untuk diselesaikan bersama-sama. “Persoalan kaum ibu dan perempuan tidak boleh lagi disimpan dan diselesaikan di ruang-ruang privat dan tertutup,” katanya.
Dia mengatakan, kesempatan harus dibuka seluas-luasnya bagi perempuan untuk menata kehidupannya khususnya di bidang pendidikan. Dengan terbukanya akses pendidikan itu, lanjutnya, tidak ada alasan lagi angka melek huruf perempuan serta lama sekolahnya lebih rendah dibanding laki-laki.
AHMAD FIKRI