”Kami akan bertahan di tenda karena air sungai masih sering meluap meski tidak turun hujan,” kata Noyin, salah seorang warga korban banjir, Senin (29/12).
Meski sedikit surut, ketinggian air masih berkisar setengah hingga satu meter. ”Air sungai sering tiba-tiba datang menerjang di malam hari karena gelombang pasang laut,” katanya. Warga yang telah tinggal di tenda pengungsian selama enam hari sejak Selasa (23/12) pekan lalu itu mulai mengeluhkan berbagai penyakit di antaranya, diare, pilek, demam dan gatal-gatal.
Korban banjir akibat luapan Sungai Way Sekampung ini berharap pemerintah mendirikan tenda yang lebih layak. Selama tinggal di tenda, warga mengaku tidak bisa tidur karena kedinginan terlebih jika hujan turun.
Banjir yang melanda sejak Senin (22/12) malam pekan lalu itu masih merendam 200-an rumah warga dan 384 hektar tambak udang di desa itu. Sebanyak 284 keluarga terpaksa mengungsi dan terisolir karena banjir merendam seluruh akses jalan menuju desa tersebut.
Luapan Sungai Way Sekampung juga masih merendam sejumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur. Tiga kecamatan di kabupaten itu yang dilanda banjir adalah Kecamatan Pasir Sakti, Jabung, dan Sekampung Udik. Banjir paling besar terjadi di Kecamatan Pasir Sakti. Di desa itu, ratusan rumah dah ribuah hektar tanaman padi dan tambak udang terendam banjir.
NUROCHMAN ARRAZIE