Ketua Organisasi Angkutan Darat Kediri Subur Santoso mengatakan saat ini terdapat lebih dari 2.000 unit kendaraan jenis truk di wilayah Kabupaten dan Kota Kediri yang mengalami kendala operasional. Hal ini karena rentang waktu perjalanan mereka menjadi lebih lama untuk mengantre solar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
“"ika sebelumnya mereka bisa menempuh perjalanan dua kali pulang pergi ke Surabaya, saat ini hanya sekali dalam sehari,” kata Subur Santoso kepada Tempo, Jumat (9/1).
Kondisi ini menurut Subur telah mengurangi pendapatan para sopir dan pemilik angkutan. Apalagi para pemilik kendaraan mengaku mengeluarkan biaya lebih untuk uang makan awak kendaraan. Sebab antrean yang panjang di SPBU membuat para awak kendaraan harus menunggu hingga berjam-jam.
“Dua awak kendaraan biasanya mendapat Rp 100.000 setiap hari. Jumlah ini meningkat dua kali karena perjalanan mereka menjadi lama,” kata Subur.
Sementara itu menurut pantauan Tempo di lapangan, kelangkaan premium dan solar masih terjadi di sejumlah SPBU di Kota Kediri. Diantaranya adalah SPBU di Jl Joyoboyo, Jl Mauni, Jl Dr Saharjo, Kelurahan Semampir, Tamanan, dan Mrican. Petugas SPBU di Semampir bahkan mengaku terpaksa melakukan sistem buka tutup dalam melayani penjualan BBM.
“Operasional kami menjadi tidak menentu, sehari buka sehari tutup,” kata Agus, salah satu petugas di SPBU Jl Mayor Bismo tersebut.
Kondisi yang sama juga terjadi di Blitar, Trenggalek, Tulungagung, dan Nganjuk. Sejumlah pengendara motor mengaku kesulitan untuk mendapatkan premium. Hal ini memicu tumbuhnya pedagang bensin eceran di sepanjang jalur utama kendaraan. HARI TRI WASONO