TEMPO Interaktif, Jakarta: Saatnya mata bergaya. Kacamata tidak lagi hanya menjadi barang bagi mata yang bermasalah. Saat ini, kacamata justru menjadi aksesori yang harus dimiliki para penggila mode dan pecinta sport.
Tak tanggung-tanggung, beragam model dan bentuk hadir demi memuaskan para penggila kacamata. Ada yang kecil, besar, polos, ataupun bercorak. Salah satu jenis yang diminati adalah sunglasses (kacamata hitam).
Meski fungsi utamanya pelindung mata, kacamata penangkal sinar matahari ini juga menjadi penunjang penampilan dan identitas. Beberapa merek paling ternama bisa ditemui di pusat belanja terkemuka di kota-kota besar, seperti Oakley, Dior, Prada, dan Channel.
Di pengujung akhir tahun lalu, Oakley kembali menggelar peragaan beberapa koleksinya. Sekaligus merayakan hari jadi pertama Oakley O Store yang berada di Lantai 2 Grand Indonesia Shopping Town Jakarta. Sebuah store yang akan memberi pengalaman berbelanja baru yang mengkombinasikan inovasi, keeksklusifan, dan kenyamanan pelanggan Oakley.
"Pelanggan akan mudah menemukan produk kesayangan Oakley, tentunya dengan penjelasan staf yang telah dilatih profesional," kata Managing Director PT Bali Bijasana, Johannes Bima. Dengan konsep O Store ini, Bima melanjutkan, Oakley mulai menunjukkan bahwa Oakley tidak hanya sebuah brand premium kacamata terbaik di dunia, tapi juga dari perlengkapan pakaian, sepatu, aksesori, baik dari kategori sports maupun gaya hidup.
Selain store yang lengkap, O Store memberikan sensasi yang berbeda di setiap sudut. Saat Anda masuk, seluruh pandangan mata akan disambut beragam produk perlengkapan pakaian pria. Bergeser ke kanan, terdapat hamparan beragam produk dan aksesori, seperti dompet, kaus tangan, dan tentunya kacamata yang menjadi andalan Oakley. "Ini menunjukkan kelengkapan range produk Oakley," ujar Bima.
Bima menjelaskan, hingga saat ini, mayoritas pelanggan setia Oakley masih cenderung menyukai kacamata model sport. Hal itu didorong oleh penggunaan lensa Oakley yang memiliki kejernihan tertinggi, yakni dengan kualitas lensa high definition optic (HDO). Produk itu sengaja diciptakan untuk kegiatan sport dan para atlet yang menyukai tantangan hingga tingkat tertinggi.
Beberapa koleksi teranyar Oakley ditampilkan dalam bentuk diorama Oakley yang menampilkan atlet-atlet kebanggaan Oakley Indonesia. Seperti Moreno Soeprapto (F3), Harlan Fadilla (road race), Agung HB (skate), Aep Dadang (MX), Matheus (BMX), Risa Suseanty (MTB), dan Joe Tirta (St. Loco).
Dengan gaya dan personalitas masing-masing atlet yang dituangkan dalam seni, lengkap dengan kacamata edisi terbatas terbaru. Seperti Gascan Troy Lee, Ravishing Gretchen Breiler, Hijinx Kozik, Split Thump Jamiroquai, dan Global Gascan.
Riwayat Oakley terentang lebih dari tiga dekade silam. Adalah Jim Jannard, seorang ilmuwan "gila" yang mempertanyakan batas-batas standar industri. "Tak ada yang percaya pada ide-ide saya," kata Jim di situs resmi Oakley.
Pada 1975, Jim terjun ke bisnis. Dia memulai Oakley dengan modal US$ 300 saja. Idenya membuat produk yang lebih baik ketimbang yang sudah ada. Awalnya dia mengembangkan sejenis kaus tangan sepeda motor yang bisa menggenggam erat tangan pengendara. Dengan ide-ide lain, Jim kembali ke laboratorium dan mulai merancang kacamata hitam buat aktivitas olahraga. Meski diragukan banyak orang, dia tak peduli. Dia berinovasi terus lewat penemuan-penemuannya.
Inovasi-inovasi bertahun-tahun menghadirkan teknologi produk baru, menggabungkan ilmu dan seni, yang membawa Oakley menembus angka 540 paten produknya di seluruh dunia.
Pengembangan desain kacamata Oakley tergolong cepat. Setiap tahun, produsen mengeluarkan sedikitnya 5-6 desain kacamata terbaru. "Kadang suka diprotes juga oleh konsumen karena terlalu cepat," ujar Bima. Dengan harga yang dibandrol Rp 1,4 juta hingga Rp 6 juta, dia yakin pelanggan tak akan kecewa. Selain inovasi yang terus dilakukan, Oakley memberi garansi 1 tahun. Nah, siap bergaya dengan kacamata baru?
S. IKA SARI