Berdasarkan pantauan Tempo, antrian BBM ini setidaknya terjadi di SPBU Bagusari, Kecamatan Kota Lumajang. Ratusan jirigen mewarnai SPBU ini sejak Minggu pagi hingga siang ini.
Ditata rapi berderet ke belakang, pemiliknya menunggui di dekat jirigen tersebut. Begitu bensin di satu mesin pengisian habis, para pedagang bensin eceran ini berpindah ke mesin pengisian lainnya di tempat tersebut.
Asnawi, warga Desa Kandangan, Kecamatan Senduro mengatakan, dirinya jauh-jauh dari Senduro (kurang lebih 18 kilometer dari kota) untuk mengantisipasi turunnya harga BBM.
“Saya tidak ingin terimbas dampak langkanya BBM yang mewarnai turunnya harga BBM baru-baru ini,” kata pedagang bensin eceran ini.
Karena itu, beberapa hari menjelang turunnya harga BBM, dia getol berburu bensin. Ditanya apakah tidak takut rugi, lantaran harganya turun. Tampaknya dia berspekulasi, bahwa dua tiga hari menjelang harga BBM turun, BBM akan langka. “Sudah pasti bensin saya akan laku saat itu,” kata Asnawi. Hal yang sama juga dikatakan Budi, pedagang bensin eceran di Jalan Bengawan Solo.
“Ketika di setiap SPBU orang antre BBM, klebanyakan akan lari ke pedagang eceran. Dijual Rp 6 ribupun akan laku,” kata Budi yang juga terlihat antre.
Antrean pedagang eceran juga terjadi di beberapa SPBU di di Kabupaten Lumajang. Salah satunya juga terjadi di SPBU Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko. “Disana juga banyak pedagang ceeran yang antre. Karena itu saya lari kesini,” kata Asnawi. Bahkan dia rela menunggui sejak kemarin Sabtu (10/1) malam.
Sementara itu, Anshori, pemilik SPBU Bagusari saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya senantiasa siap menghadapi turunnya harga BBM. “Kalau kami siap-siap saja, termasuk penebusan Loading Order menjelang penurunan harga,” katanya.
Dia memastikan kalau persediaan BBM tetap ada ketika hari penurunan BBM itu tiba. “Kami siap-siap saja. Tapi bagaimana dengan Pertamina,” ujar Anshori yang mengaku rugi Rp 27 juta saat penurunan harga BBM pada Desember lalu. Dia mengatakan, sebenarnya kelangkaan BBM ini lantaran stok BBM memang kurang.
Selain itu, kata Anshori, Pertamina tidak mengimbangi menjamurnya SPBU dengan penambahanh armada. “Akses seluas-luasnya membuka usaha SPBU memang dibuka oleh Pertamina, namun jumlah armada yang mendistribusikan BBM ini tetap. Bagaimana mungkin bisa lancar distribusinya,” katanya.
Sementara itu, Jumali, Sales Area Manager Pertamina Wilayah VIII tidak mau dikonfirmasi soal ini. Dia tidak mengangkat telpon maupun membalas short message service saat Tempo mencoba konfirmasi. DAVID PRIYASIDHARTA