Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selama Tiga Pekan 800 Perahu Jukung di Jember Menganggur

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif ,  Jember: Akibat kondisi cuaca yang tak kunjung membaik, sudah tiga pekan nelayan di pesisir selatan Jember-Jawa Timur tidak melaut. Pasalnya, cuaca masih tidak mendukung dan berbahaya. Angin kencang disertai hujan deras dan ombak yang tinggi, masih terus terjadi hingga hari ini.


Masyarakat nelayan di wilayah Pantai Puger kecamatan Puger dan pantai Pancer
Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu kini mengalami musim paceklik ikan. "Sekarang musim angin barat. Cuaca tidak bersahabat," kata Koordinator Forum Komunikasi Nelayan Jember (FKNJ) Hambali kepada Tempo, senin (19/01) siang.

Para nelayan, kata Hambali, takut dan tidak ingin jadi korban keganasan ombak laut selatan atau perairan Samudera Hindia yang merupakan perairan selatan Kabupaten Jember. "Sementara ini, yang pergi melaut hanya lima sampai sepuluh kapal dalam sehari semalam. Itu pun tidak jauh-jauh ke tengah laut. Mereka terpaksa ndablek atau nekat, karena terdesak kebutuhan hidup,"tambahnya.

Sampai hari ini, sekitar 800 perahu Jukung milik para nelayan di pantai pacer dan Pantai Puger, di pesisir selatan Jember itu nampak dibiarkan di tepi pantai dan di sekitar areal Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI). Aktivitas pelelangan ikan yang biasanya ramai, juga tampak tidak seramai biasanya.

Namun di beberapa tempat perahu,masih nampak ada aktivitas para nelayan. Mereka nampak hilir mudik diatas perahu untuk memperbaiki perahu atau memperbaiki jaring yang rusak. "Daripada di rumah nggak ada kerjaan, lebih baik mengecat perahu dan memperbaiki kayu-kayu yang mulai lapuk," ujar P.Tamim (40), salah seorang nelayan pantai Puger.

Beberapa orang nelayan yang ditemui mengatakan, mereka terpaksa tidak melaut karena terjadi gelombang setinggi dua hingga empat meter."Ombak masih tinggi. Dua sampai 4 meter. Cuaca juga masih tidak menentu. Seringkali hujan dan angin. Kami terpaksa istirahat dulu sampai situasi gelombang dan angin mereda. Takut kalau melaut, nanti malah celaka diterjang ombak," Subahri (35) salah seorang nelayan pesisir pantai Pancer.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tangkapan turun hingga hanya 20 persen dibanding kondisi normal. Menurut catatan FKN Jember, ikan tangkapan para nelayan saat ini hanya berkisar 10 sampai 15 ton per hari. Jika musim ramai, warga menyebutnya musim angin timur, tangkapan bisa mencapai 50-60 ton per hari. Kondisi paceklik tersebut sudah berlangsung sejak akhir bulan Desember 2008 lalu.

Harga ikan laut juga naik. Ikan lemuru yang biasanya dijual Rp 1.500 per  kilogram, kini melambung menjadi Rp 4000 hingga Rp 5000 per kilogram. Begitu juga ikan tongkol yang biasanya Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram, naik menjadi Rp 11.000.- hingga Rp 12500 per kilogram.

Biasanya kondisi seperti ini berlangsung selama tiga hingga empat bulan. "Angin barat mulai reda setelah bulan dua (Februari) atau tiga (Maret)," tambah Hambali.


MAHBUB DJUNAIDY

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

1 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

2 hari lalu

Ilustrasi Sabu. TEMPO/Amston Probel
Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

8 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

12 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.


Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

20 hari lalu

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Pertemuan Nasional Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial di Kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

30 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

32 hari lalu

Delapan awak kapal WNI di  kapal kargo di Taiwan, 28 Oktober 2022. (ANTARA FOTO/FAHMI FAHMAL SUKARDI)
Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.


Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

32 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.


Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi di Laut Selatan, Nelayan Sukabumi Terdampar di Garut

33 hari lalu

Sejumlah perahu nelayan tertambat di dermaga Cilaut Eureun, Pantai Santolo, Garut, Jawa Barat, (1/1). TEMPO/Prima Mulia
Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi di Laut Selatan, Nelayan Sukabumi Terdampar di Garut

Polairud Polres Garut yang sedang mencari seorang nelayan setempat kini ketambahan mencari seorang lagi asal Sukabumi sesama korban gelombang tinggi.


Angin Kencang dan Gelombang Laut Tinggi, Nelayan Garut Tak Bisa Melaut

34 hari lalu

Penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin meninjau daerah yang terdampak gelombang tinggi dan angin kencang di Pantai Rancabuaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (16/3/2024). ANTARA/HO-Diskominfo Garut
Angin Kencang dan Gelombang Laut Tinggi, Nelayan Garut Tak Bisa Melaut

Angin kencang dan gelombang laut tinggi mengakibatkan sejumlah nelayan Garut, Jawa Barat, tak bisa melaut. Karena dinilai dapat membahayakan jiwa.