Menurut Koordinator Aksi Edi Santoso, ribuan warga yang bermukim disekitar Cilowong mengeluhkan kualitas air sumur mereka karena tidak dapat digunakan untuk minum, sejak gunungan sampah itu longsor dekat pemukiman warga. “Air sumur sekarang sudah menghitam. Jangankan untuk minum, untuk mencuci saja sudah tak bisa,” terang Edi, yang juga Ketua Karang Taruna Cilowong.
Dalam aksinya, warga yang terdiri dari para pemuda, dan ibu-ibu rumah tangga itu meminta pemerintah daerah untuk memberikan kompensasi berupa penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, “Kalau tidak, kami akan terus menutup tempat sampah ini,” ujar Edi. Tidak ada bentrokan dalam aksi yang dijaga ketat polisi dan puluhan anggota TNI Koramil Taktakan tersebut.
Kamis pekan lalu, hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah Serang membuat ratusan ribu meter kubik sampah yang menumpuk di bawah bukit Desa Cilowong mengalami longsor. Akibatnya, puluhan hektare sawah siap panen dan perkebunan milik warga tertimpa timbunan sampah busuk yang mengguyur daerah itu.
Ketua Badan Perwakilan Desa Sarikam menambahkan, sejak peristiwa longsor itu, belum ada penanganan serius dari pemerintah kabupaten maupun kota Serang sebagai pengelola TPSA Cilowong tersebut. “Yang perlu segera diperhatikan adalah masalah air warga yang sudah menghitam,” ujarnya. Dia juga mengaku telah mengadukan kerugian warga kepada DPRD Serang, “Tapi belum ada respon juga,” terang dia.
Sekretaris Desa Cilowong Bahtiar mengatakan, dari hasil temuannya di lapangan, ditemukan sebanyak 60 warga di Kampung Pasir Gadung terserang gatal-gatal. Akibat tumpukan sampah yang meluap itu, “Kami tidak bisa berbuat banyak,” kata Bachtiar.
Berdasarkan pantauan, sekitar 30 truk yang mengangkut sampah dari kota dan kabupaten Serang menumpuk di Jalan Raya Taktakan. Para Sopir truk mengaku tidak berani membuang sampah di Cilowong sebelum ada jaminan keamanan, “Saya takut, sekarang masih menunggu jaminan keamanan,” ujar Udin, seorang sopir.
Kepala Seksi Pengolahan TPSA Cilowong, Utama, mengatakan dalam sehari tak kurang dari 240 meter kubik sampah yang diangkut dari Kota Serang. Dia belum dapat memastikan sampai kapan warga membolir jalan menuju TPSA tersebut, “Kami sedang negosiasi,” kata Utama. Dia khawatir jika warga terus menerus melakukan pemblokiran sampah akan menumpuk di Kota Serang.
MABSUTI IBNU MARHAS