Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merefleksi Dinamika Seni Patung Kontemporer

image-gnews
TEMPO/Panca Syurkani
TEMPO/Panca Syurkani
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: Halaman belakang gedung Erasmus Huis, Jakarta, sejak 14 Januari 2009 tampak berbeda dengan adanya obyek-obyek baru di sekitarnya. Di pelataran gedung, pengunjung bisa langsung menyaksikan beberapa patung dengan beragam gaya dan material.

Salah satu di antara patung itu adalah karya Anusapati berjudul Shelter for the Goodhearted, yang tampak sebagai sebuah obyek patung non-figuratif sehingga kelihatan berbeda dengan patung-patung lain yang terpampang di ruang yang sama.

Anusapati membuat obyek yang tingginya kurang lebih satu meter dari bahan kayu yang menyerupai sebuah rumah dengan tingkat kemiringan tertentu, sehingga tampak seperti ilusi dan refleksi tentang konsep keseimbangan (balance). Ini sebuah karya menarik karena mampu keluar dari konvensi patung-patung yang selama ini ada, baik dalam hal media maupun bentuk.

Dan nyatanya, sepanjang perkembangan seni kontemporer di Indonesia, belum banyak pematung yang mampu melahirkan karya-karya yang melampaui konvensi patung semacam karya Anusapati ini. Dan inilah salah satu cermin yang terefleksi dari pameran bertajuk "The Spirit of Interaction" yang berlangsung hingga 14 Februari 2009.

Konsep kuratorial pameran ini dikerjakan oleh pematung senior, Dolorosa Sinaga. Gagasan dasarnya, ia mengajak setiap pematung yang terlibat dalam pameran ini untuk merespons ruang galeri dan halaman serta taman belakang gedung Erasmus Huis. Dengan cara demikian, pematung didorong untuk melakukan interaksi, baik dengan ruang maupun dengan medium yang ia gunakan untuk bekerja.

Di ruang dalam galeri Erasmus Huis, terpajang beberapa karya yang cukup segar dan menarik. Karya Abdi Setiawan, perupa lulusan jurusan patung Fakultas Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, misalnya, menjadi salah satu karya yang mampu membawa pengunjung tertawa.

Ia menampilkan Rakyat+biasa, sepasang patung manusia kayu bergaya realis yang sedang bercakap dengan akrab: seorang rakyat biasa dan sesosok polisi. Si polisi menanyakan "Ada apa, kok wajahmu lebam?" Si Orang biasa menjawab. "Gak tau lah, Pak. Tadi saya cuma lewat dan kemudian dituduh maling."

Di ujung lain dari ruangan tersebut, pengunjung bisa menyaksikan karya Titarubi, Vagina Brokat yang pernah menjadi bagian dari film Opera Jawa karya Garin Nugroho. Karya ini berupa sebuah kerucut besar yang menyerupai kelambu berbahan brokat, yang dikelilingi patung manusia setengah badan. Patung-patung itu pun ditutup Tita dengan brokat aneka warna.

Di sebelahnya, karya dengan material sama, merupakan sebentuk apropriasi dari karya legendaris Michael Angelo, David. Karya Titarubi berjudul Surrounding David ini adalah interpretasi terhadap konstruksi tentang maskulinitas dan femininitas yang terepresentasi dalam sejarah seni modern. Versi asli dari karya ini, dengan tinggi mencapai sembilan meter, dipamerkan di National Museum of Singapore sejak Mei hingga September 2008 lalu.

Karya-karya yang terpajang di halaman belakang gedung ini sesungguhnya mempunyai potensi besar untuk "menabrak" konvensi patung modern. Karya Awan Simatupang, Vertical, misalnya, menunjukkan sebuah pendekatan menarik yang jauh dari kesan monumental yang biasanya kita rasakan ketika berhadapan dengan patung. Karya itu terdiri dari sembilan kotak berukuran kecil, kurang lebih 40x40 sentimeter, yang dipasang menelusuri jalanan taman. Uniknya, tiap-tiap kotak menyerupai sebuah lahan di perkotaan, dikelilingi rumput di sekitarnya. Gedung-gedung disimbolkan dengan batang kayu tipis yang dipasang meninggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, Hardiman Radjab, seperti biasa, masih suntuk mengolah koper-koper tua. Ia meletakkan beberapa koper yang "bisa bernapas" di bangku-bangku taman. Karya berjudul Long Journey itu merefleksikan sebuah jeda yang selalu kita butuhkan dalam sebuah perjalanan, apalagi perjalanan yang panjang. Koper yang selalu menjadi teman dalam petualangan dan memasukkan cerita-cerita menjadi bagian dari memorabilia.

Dibandingkan dengan karya-karya lain dalam pameran ini, Hardiman berhasil menciptakan suasana sunyi dan puitis, yang membuat patung terasa berbicara kepada para pengunjung. Karya Hardiman yang lain terasa lebih mengandung humor: ia membuat beberapa koper tua itu menjadi serupa dengan potongan roti bolu. Sebuah ide yang sederhana tapi jenial.

Beberapa karya lain masih menggunakan pendekatan lama yang biasa ditemukan pada patung-patung modern. Mereka mengolah bahan-bahan berat seperti perunggu atau logam dengan cara yang konvensional sehingga tidak menunjukkan upaya untuk melampaui perunggu sebagai medium.

Bentuk-bentuk yang diolah pun cenderung "itu-itu" saja: figur manusia atau tubuh-tubuh yang mengalami distorsi, model realisme baru, dan semacamnya. Sayang, di antara pemilihan material dan pengolahan bentuk tersebut, tidak tampak keinginan melakukan pendalaman terhadap gagasan yang mendasari lahirnya karya tersebut.

Hasil interaksi yang menjadi basis gagasan kuratorial kemudian memang menghasilkan karya beragam. Keragaman tersebut, di satu sisi, menunjukkan beberapa pendekatan berbeda dalam perkembangan seni patung di Indonesia. Namun pada sisi lain, karena ruang interpretasi bagi seniman terlalu besar, maka karya-karya yang dipamerkan terasa "tidak nyambung" satu sama lain.

Atau, dengan kata lain, kesenjangan kemampuan satu seniman dengan seniman lain, terutama dalam merefleksikan sejarah seni patung dan kemampuan mempertajam gagasan itu sendiri, terlalu kelihatan.

ALIA SWASTIKA, pengamat seni rupa

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

2 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.


Museum Nasional Tampilkan Pameran Seni Rupa Terintegrasi Blockchain

27 Oktober 2022

Pengunjung saat mengabadikan pertunjukan tiga dimensi dalam pameran Ruang ImersifA
Museum Nasional Tampilkan Pameran Seni Rupa Terintegrasi Blockchain

Museum Nasional menghadirkan pameran seni rupa bertajuk "Rekam Masa: Pameran Seni Terintegrasi Blockchain" .