"Pergantian mesin dari kekuatan besar menjadi berkekuatan kecil harus terus didalami untuk tahu apakah kapal laik laut," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Sunaryo, dalam konfrensi pers di Departemen Perhubungan Jakarta, Jumat (23/01).
Menurut Sunaryo, dalam dokumen awal diketahui kapal berkekuatan 2 x 1500 tenaga kuda dengan mesin merek Yanmar. Namun saat terjadi kecelakaan diketahui mesin telah diubah menjadi mesin merek Nissan.
Majalah Tempo melansir laporan pada Senin (19/1) bahwa mesin yang diganti itu Yanmar 16LAKM-STE dengan Nissan RE10 berkekuatan 2 x 550 tenaga kuda. Mesin Nissan ini, menurut laporan Tempo, cukup untuk menarik kapal dalam kondisi normal.
Sunaryo mengatakan pergantian dilakukan pada 31 Maret 2008 saat kapal menjalani pemeriksaan rutin dan juga dilakukan pengalihan kepemilikan kapal dari PT Bunga Teratai Samarinda ke PT Batari Mulya. Sunaryo telah memerintahkan Direktur Perkapalan dan Kepelabuhanan (Ditkapel) untuk memeriksa lebih lanjut.
Dalam kesempatan itu Sunaryo juga mengungkap KM Teratai Prima masih belum mengantongi sertifikat Biro Klasifikasi Indonesia (BSI), namun telah terdaftar untuk menjalani proses sertifikasi. "Kapal tidak masuk kategori kelas karena belum mengantongi sertifikat," ujarnya.
Erwin Rosmali, Kepala Sub Direktorat Nautis Teknis & Radial Kapal Ditkapel menyatakan, sesuai peraturan, kapal yang sedang diproses di BKI dan belum mendapatkan kelas boleh berlayar dengan catatan wajib masuk docking 12 bulan sekali. "Kapal tersebut terakhir masuk docking pada 1 hingga 28 Maret 2008 di Samarinda," jelasnya.
Meski tidak melanggar ketentuan, lanjut Erwin, pihaknya akan memeriksa konsultan dan perusahaan galangan yang menangani KM Teratai Prima.
Sesuai sertifikat, KM Teratai Prima diproduksi pada tahun 1999, dengan panjang 50,4 meter, lebar 9,36 meter dan kedalaman luas 3,75 meter. KM Teratai Prima tenggelam di perairan Majene, Sulawesi Barat pada minggu (11/01). Kapal mengangkut 267 orang dan diperkirakan terdapat 103 penumpang gelap. Sebanyak 36 orang korban berhasil diselamatkan, sementara sisanya belum diketahui. Ini adalah musibah kapal pertama di tahun 2009 dan menjadi yang kesekian kalinya dalam dunia perhubungan laut Indonesia.
VENNIE MELYANI