Wanita, sebaliknya, menjadi lebih kere akibat mengalami penurunan keuangan yang parah. Tak peduli apakah ia sudah memunyai anak atau tidak, pendapatan rata-rata wanita menurun lebih satu perlima dan terus mengalami penurunan selama beberapa tahun.
Penyelidikan itu dibuat Stephens Jenkins, Kepala Institut Penyelidikan Sosial dan Ekonomi di University of Essex, Colchester, Inggris; serta Direktur Dewan Asosiasi Internasional untuk Penyelidikan pada Pendapatan dan Kekayaan.
Tinjauannya bertajuk "Perpisahan Pasangan dan Perubahan Pendapatan dalam Jangka Waktu Panjang" adalah yang pertama membahas perubahan kadar kekayaan di Inggris dikaitkan dengan putusnya ikatan perkawinan. Penemuan itu disambut baik terutama oleh pengacara keluarga.
"Anggapan umum bahwa lelaki menipu ketika bercerai, sementara wanita lebih kaya dan hidup dengan hasil pembagian harta gono-gini sekian lama, adalah dongeng semata-mata," kata Ruth Smallacombe, pengacara keluarga terkenal di Inggris kepada Guardian.co.uk, Minggu (25/1). "Kenyataannya, wanita biasanya menghadapi kesulitan ekonomi saat mereka bercerai."
Riset Jenkins menemukan fakta pendapatan "suami yang bercerai" meningkat "segera dan terus menerus" dalam beberapa tahun setelah perceraian. "Ini sama sekali tak ada hubungannya dengan jender. Kunci perbedaan bukan antara wanita dan pria, tapi antara ayah dan ibu," kata Jenkins, menjelaskan.
Dia mengungkapkan, ketika seorang pria meninggalkan pernikahan tanpa anak, pendapatannya meningkat hingga 25 persen. Tapi, sebaliknya perempuan akan mengalamai penurunan pendapatan yang tajam. Posisi keuangan perempuan jarang menyamai pendapatan mereka sebelum bercerai.
Jenkins memadukan data dari 14 Panel Survei Rumah Tangga Inggris selama 1991 sampai 2004 dengan data-data dari survei di lima negara Eropa. Hasil penghitungan ulang menggunakan rumus sesuai ukuran kemiskinan dari pemerintah Inggris dan memasukkan data pendapatan per kapita terbaru.
Menurut Jenkins, efek positif perceraian pada keuangan pria sangat signifikan sehingga perceraian bisa mengangkat mereka dari jurang kemiskinan, sementara perempuan justru terjerumus ke dalam kemiskinan. Perempuan bercerai cenderung berpeluang menjadi lebih miskin 27 persen--hampir tiga kali lipat dari para mantan suami mereka.
BOBBY CHANDRA