TEMPO Interaktif, Jakarta: Pengamat ekonomi yang tergabung dalam Megawati Institute, Sri Adiningsih dan Hendrawan Supraktino, mengkritik pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut mereka, pemerintah saat ini terlalu sibuk tebar pesona melalui iklan, dengan mengatakan bahwa berbagai kemajuan ekonomi telah berhasil digapai.
“Kenyataannya, yang terlihat sekarang ini justru indeks frustasi masyarakat yang dapat dilihat dari kesengsaraan yang dialami masyarakat sehari-hari,” ujar Hendrawan., Rabu (28/1)
Dia mencontohkan, sepanjang 2008 masyarakat mengalami 152 hari kelangkaan minyak tanah, sembako, gas, dan lainnya. “Dari rata-rata 360 hari, 42 persen, atau hampir separuh tahun rakyat hidup dalam kesulitan akibat kelangkaan tadi,” katanya di sela-sela Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan di Surakarta itu.
Menurut Hendrawan, prinsip pengelolaan ekonomi sekarang ini lebih pada kebijakan ekonomi lepas tangan. Sehingga ekonomi ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Sri Adiningsih menambahkan, meskipun Indonesia sudah mulai keluar dari krisis ekonomi, namun belum bisa dikatakan bangkit dari keterpurukan ekonomi.
“Permasalahan ekonomi masih banyak. Meskipun sudah ada reformasi ekonomi, namun belum optimal,” katanya. Dia menyatakan kebijakan ekonomi pemerintah yang cenderung liberal, memiliki risiko tinggi. “Pada akhirnya akan makin tergantung dengan luar negeri di bidang energi, modal, dan pangan. Dalam situasi krisis global seperti sekarang, itu bukan pilihan bijaksana,” tegasnya.
UKKY PRIMARTANTYO