Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah pohon yang mati di kawasan barat Amerika Serikat meningkat dua kali lipat. Sebuah studi yang dilakukan badan survei geologi Amerika Serikat (USGS) dan melibatkan University of Colorado di Boulder, Oregon State University, serta sejumlah institut riset lainnya mengindikasikan bahwa kematian pohon di hutan itu mungkin sebagai dampak pemanasan regional dan terkait dengan kekeringan di kawasan itu.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science itu mendokumentasikan kematian pohon dalam semua ukuran di berbagai ketinggian untuk segala tipe pohon, seperti pinus, fir, dan hemlock. Angka kematian yang signifikan juga tercatat di bagian pelosok wilayah barat, termasuk Colorado dan Arizona, begitu pula kawasan barat laut, seperti California Utara, Oregon, Washington, dan British Columbia selatan.
Kematian pohon yang meningkat ini tentu dapat mengarah pada perubahan ekologis yang substansial di kawasan itu, yang pada akhirnya akan mempengaruhi populasi satwa liar. Kematian pohon juga dapat mengakibatkan kenaikan kadar karbon dioksida di atmosfer, yang berkontribusi pada pemanasan global.
Di sisi lain, studi ini memperlihatkan bahwa gerakan untuk menggantikan pohon yang mati dengan pohon baru (reboisasi) tidak mampu mengimbangi tingkat kematian pohon yang semakin tinggi di daerah penelitian. "Pemanasan regional punya andil terhadap perubahan hidrologi, semisal penurunan fraksi curah hujan yang jatuh dalam bentuk salju, penurunan tingkat kandungan air pada tumpukan salju, serta lebih dininya pencairan salju musim semi, dan berakibat pada makin panjangnya musim kemarau yang kering," papar Thomas Veblen, ahli geografi di University of Colorado.
Kenaikan angka kematian pohon yang tercatat dalam studi ini merupakan bukti respons ekosistem terhadap pemanasan yang terjadi. "Penemuan ini konsisten dengan catatan perubahan ekologi yang dipicu iklim lainnya, termasuk meningkatnya kebakaran hutan sejak pertengahan 1980-an dan wabah kumbang kulit pohon di hutan North America barat, termasuk Alaska, yang membunuh sekitar 1,4 juta hektare hutan pinus selama satu dekade lalu," kata Velben.
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY