Di Kelurahan Jagalan dan Pucang Sawit misalnya, kini genangan air sudah mulai menghilang. Bekas banjir meninggalkan tumpukan sampah dan lumpur di berbagai tempat.
Warga di kelurahan tersebut telah banyak yang kembali dan mulai membersihkan rumahnya. “Tapi barang-barang masih kami titipkan di tempat kerabat yang aman dari banjir,” kata Samino, warga Pucang Sawit.
Sedangkan di Kelurahan Joyontakan, kebanyakan warga memilih untuk bertahan di tenda pengungsian. Di lokasi tersebut, air masing menggenang, sehingga sekitar 1.000 keluarga masih bertahan di pengungisan.
"Genangan air di Joyontakan dan Kampung Sewu masih cukup tinggi," kata Kepala Dinas Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat Kota Surakarta, Suharso.
Sedangkan di Kelurahan Banyuanyar, warga juga telah mulai kembali ke rumahnya. Di lokasi tersebut, ratusan rumah terendam banjir. “Warga bingung, karena daerah ini sudah puluhan tahun tidak pernah banjir,” kata Sekertaris Kelurahan Banyuanyar, Herwin Nugroho. Akibat luapan sungai Kalianyar, beberapa rumah sempat terendam hingga mencapai atap.
Sedangkan kondisi di pintu air pengendali banjir Demangan, tinggi permukaan air telah banyak menyusut. “Sekarang ketinggian air dari Bengawan Solo tinggal 2,67 meter,” kata salah seorang petugas jaga, Sri Waluyo. Ketika banjir terjadi, ketinggian air mencapai 6,25 meter.
AHMAD RAFIQ