"Kami hanya akan impor solar untuk kebutuhan BBM nonsubsidi," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal dalam rapat dengan Panitia Khusus Kenaikan Harga BBM di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (5/2).
Faisal mengatakan tahun ini kebutuhan premium dalam negeri sebesar 123,856 juta barel, sedangkan hasil kilang hanya 68,35 juta barel. Sehingga Pertamina masih harus mengimpor 55,506 juta barel premium. Kebutuhan minyak tanah tahun ini diperkirakan sebesar 36,033 juta barel. Hasil kilang melebihi jumlah itu, yakni 44,819 juta barel.
Hasil kilang solar sebesar 99,487 juta barel juga melebihi kebutuhan 73,595 juta barel. Hal itu disebabkan perubahan spesifikasi solar, sehingga sebagian produksi minyak tanah bisa ditingkatkan menjadi solar.
Faisal menjelaskan kekurangan premium diimpor dari Singapura dan India. Singapura dipilih karena ongkos angkutnya murah. Sedangkan India karena kilang Relliance sedang kelebihan kapasitas. Bulan ini Pertamina akan mengimpor 900 ribu barel premium dari India.
"Kami, kan, mau built-up stok premium sampai 20 hari," kata dia. Faisal menambahkan, Pertamina akan mengimpor elpiji sekitar 500 sampai 600 ribu ton dari Timur Tengah. Produksi elpiji di Tanjung Jabung sebesar 400 ribu ton dan Belanak 400 ribu ton. Saat ini stok elpiji Pertamina sebesar 150 ribu ton.
DESY PAKPAHAN