“Para nelayan lebih memilih untuk menyandarkan kapal di pantai ini, daripada terkena ombak dan badai di laut,” kata Mingan (40), seorang nelayan di pantai Sadeng, Sabtu (7/2).
Ia menambahkan, setiap kapal berawakkan 4 hingga lima orang nelayan. Mereka khawatir hantaman ombak dan hempsan angin akan menenggelamkan kapal. Perahu yang digunakan terbilang cukup besar karena beratnya mencapai 30 hingga 40 groston.
Hingga saat ini, para nelayan dalam keadaan selamat dan berlindung di pelabuhan yang ada di pantai sdeng. Karena pelabuhan tersebut sudah mampu menampung kapal yang lumayan besar.
"Para nelayan sudah saling kenal. Sehingga tidak masalah jika nelayan luar daerah bersandar di sini demi keselamatan, setelah badai reda mereka akan kembali ke Cilacap,” kata Mingan.
Menurut Sunardi, ketua kelompok nelayan Mina Samudera, para nelayan yang terhimpun di kelompoknya memilih untuk bercocok tanam bagi mereka yang mempunyai lahan garap. Sedangkan yang lainnya memilih untuk memperbaiki kapal dan jaring.
“Kalau ombak di pantai selatan pasti tinggi, tetapi yang sangat mengkhawatirkan adalah badai yang bisa menghempaskan kapal,” kata dia.
Ia menambahkan, para nelayan yang tergabung dalam Mina Samudera sebanyak 200 nelayan dengan jumlah kapal sebanyak 60 buah. Sedangkan saat ini harga ikan sangat mahal karena ikan tangkapan sangat sedikit.
“Kami tidak melaut, tetapi menjaring ikan dari atas bukit,” kata Sunardi.
Ia menerangkan, harga ikan bawal mencapai Rp 70 ribu per kilogram, ikan tongkol mencapai Rp 10 ribu perkilogram dan lobster mencapai Rp 150 ribu per kilogram.
MUH SYAIFULLAH