TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah sepakat mempercepat penyerapan sisa anggaran pertahanan 2004-2009 khusus untuk fasilitasi kredit eksport. Rapat yang membahas percepatan itu, kata Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, dilakukan semalam. Peserta rapat Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Agustadi Sasongko Poernomo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Soebandrio.
Menurut Juwono, pertemuan itu khusus membahas tentang percepatan penyelesaian kredit eksport. "Jadi kami bahas apa yang ada dalam daftar di Bapenas, apa saja yang perlu dipercepat proses penyelesaiannya," kata Juwono usai usai menjadi pembicara dalam Meeting Announcement-Members Luncheon Indonesia Country Program di Hotel JW Marriot Jakarta, Selasa (17/02).
Jumlah anggaran kredit eksport yang saat ini ada di Departemen Pertahanan US$ 1,2 Miliar. "Jadi diminta untuk cepat diproses agar dapat selasai pada tahun anggaran ini," kata dia. Beberapa kredit eksport yang dibicarakan adalah pengadaan panser VAB buatan Prancis, penggadaan Skytruck (pesawat angkut kecil) dari polandia senilai US$ 72 juta, dua senjata dan rudal untuk angkatan Udara dan pertimbangan untuk kapal selam. Untuk panser VAB yang berharga Rp 12 miliar ini pengadaannya dilakukan bekerjasama dengan PT Pindad, namun jumlahnya yang dulu sempat mencapai 150 buah berkurang menjadi 40 buah saja. "Pendanaannya sedang cekak," ujar Juwono sambil tersenyum.
Perubahan juga terjadi pada pengadaan Skytruck, yaitu pengadaannya dialihkan ke dalam negeri. Sebab setelah sekian lama Polandia tetap menolak bekerjasama dengan PT Dirgantara IndonesiaI untuk pengadaan upset. "Mereka juga menaikan harga sampai 15 %, maka wakil presiden memutuskan untuk mengalihkan anggaran ke pendanaan dalam negeri," ujarnya. Sedangkan untuk kapal selam bagi TNI AL juga ada perubahan karena ada penawaran dari Jerman dan Korea Selatan. "Mana yang dipilih nanti akan ada pembicaraan di tingkat matra, mabes TNI baru ke Dephan," ujar Juwono.
Percepatan ini, kata Juwono dilakukan agar semua kredit eksport yang tersisa bisa terealisasi tahun ini. Selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan penyerapan anggaran oleh Departemen Pertahanan. Tahun lalu, kata Juwono, penyerapan anggaran di pertahanan mencapai 90 persen. "Karena itu sayang kalau sisa anggaran yang ada tidak dipakai, mumpung uangnnya masih tersedia dan suku bunganya belum naik," ujar Juwono. Karena itu, semua sisa anggaran 2004-2009 akan digunakan untuk pengadaan alat utama sistem pertahanan dengan fasilitasi kredit eksport.
Titis Setianingtyas