"Sebagian besar disalurkan ke segmen komersial khususnya pembiayaan pelayaran," kata Agus di Jakarta, Rabu (25/2). Dia menjelaskan, pembiayaan di bidang pelayaran mencapai 73,6 persen, sedangkan segmen korporasi dan usaha kecil masing-masing sebesar 25,1 persen dan 1,3 persen dari total kredit maritim.
Menurut Agus, sektor maritim berpotensi besar untuk dikembangkan seperti terlihat dari kebutuhan kapal Indonesia sampai 2010 diperkirakan mencapai 654 unit dengan kebutuhan dana Rp 4,6 triliun.
Kebutuhan terbesar, kata Agus, terdapat pada kapal berjenis coal carrier seiring dengan potensi pengangkutan batu bara di Indonesia yang diperkirakan mencapai 216 juta ton pada 2010 dan 318 juta ton pada 2025. Pangsa kapal Indonesia untuk pengangkutan batu bara saat ini hanya sebesar 40 persen, sementara untuk pengangkutan minyak ceruk pasar kapal Indonesia sebesar 39 persen.
Pemberlakuan Instruksi Presiden Nomor 5/2005 tentang azas cabottage, menurut Agus, dapat mendorong pertumbuhan bisnis kargo domestik dan produktivitas serta efisiensi pelayanan pelabuhan laut.
EKO NOPIANSYAH