TEMPO Interaktif, Parepare:Mahkamah Pelayaran Departeman Perhubungan menggelar sidang pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal motor Teratai Prima, di Kantor Informasi dan Komunikasi Kotamadya Parepare, Sulawesi Selatan, Jumat (27/2). KM Teratai Prima tenggelam di Perairan Tanjung Roro, Selat Makassar, 11 Januari 2009, pukul 04.00 Wita, saat mengangkut ratusan penumpang.
Sidang pemeriksaan lanjutan kecelakaan KM Teratai Prima dengan tersangkut (istilah untuk terdakwa atau tersangka) yakni nahkoda, Sabir, tidak didampingi penasehat ahli. Komposisi lima hakim ini terdiri dari dua ahli notika, satu ahli bangunan kapal, satu ahli mesin kapal dan satu ahli hukum.
Dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Mahkamah Pelayaran, Capt.T.W.Geiliyanto SH.M.Mar, dan empat hakim anggota masing-masing Capt.Sonny Ikhsan, Ir Koesbini.L, Zulrekmika.SH.ATT.I, dan Capt Supriadi.SH.MH.
Selain tersangkut, rencananya dalam sidang ini akan dihadirkan sembilan saksi yang bisa saja dari unsur pemilik atau perusahaan kapal, pejabat pemerintah dan syabandar lokasi kapal bertolak.
Menurut Koesbini, sangsi dari sidang yang digelar ini adalah hukum administratif. Melalui sidang ini, Majelis Hakim nantinya akan menentukan sebab-sebab kecelakaan dan menjatuhkan sangsi kepada perwira kapal dan ABK jika terjadi kesalahan dan kelalaian profesi kelautan.
"Putusan sidang ini bisa digunakan sebagai referensi dari pengadilan umum, biasanya sebelum kasus diajukan ke pengadilan umum maka biasanya pengadilan teknis sudah mengeluarkan putusan," kata Koesbini.
Dari hasil pemeriksaan nahkoda, korban selamat dan keluarga korban jumlah penumpang dan awak kapal 306 orang, jumlah ini berbeda dengan yang tertera pada manifes dimana penumpang 250 orang ditambah awak 17 orang. Hingga saat ini jumlah korban yang ditemukan sebanyak 44 orang, masing-masing 35 korban selamat dan 9 korban meninggal.
KM Teratai Prima rute Parepare-Samarinda yang berangkat Sabtu (10/1) sekitar pukul 17.45 Wita, awalnya lokasi tenggelam menurut awak kapal di Tanjung Perairan Batu Roro, Majene, Sulawesi Barat, Minggu (11/1) sekitar pukul 04.00 Wita setelah dihantam ombak tinggi yang mengakibatkan air masuk dan kapal terbalik.
Kapal bertonase 747 Gross Ton (GT) ini mengangkut 250 penumpang ditambah 17 ABK dan nahkoda, jumlah penumpang ini belum termasuk anak-anak dan balita, karena tidak masuk dalam daftar manifes.
IRMAWATI