“Salah satunya harus menyiapkan sumber daya manusianya,” ujar Syafiidi sela-sela Word Islamic Ekonomic Forum yang berlangsung hingga 4 Maret mendatang di Ritz Carlton, Senin (2/3).
Selain soal sumber daya manusia terutama bahasa Arab dan Inggris, pemerintah Indonesia juga harus menjaga stabilitas rupiah dan mempermudah birokrasi dan aturan soal ekonomi syariah.
Syafii juga mengatakan sistem ekonomi syariah ini menjadi alternatif dalam perekonomian di tengah krisis ekonomi global dan konvensional. Menurut dia, ekonomi syariah kini sudah mulai dilirik. “Apalagi mereka (sistem keuangan Barat) sedang jatuh,” kata Syafii.
Negara-negara dan institusi terkemuka juga sedang mencoba menerapkan sistem ekonomi syariah ini. “Sudah cukup menggembiraka. Di Amerika Serikat juga sudah berkembang bank syariah,” ucapnya. Ia mencontohkan, indeks Dow Jones yang juga sudah mempunyai indeks syariah. Demikian pula Universitas Harvard yang memiliki Islamic Forum.
Namun, soal investasi dari Timur Tengah dirasa masih sedikit meskipun potensinya cukup besar. Dibandingkan pemerintah Malaysia, menurut Antonio, pemerintah Indonesia, dinilai belum serius menggarap potensi tersebut. Pemerintah Malaysia bisa mengundang para investor terkemuka. “Hanya bermodalkan undangan makan siang saja dan mereka datang,” ungkapnya.
Menurut Antonio, selain sektor keuangan, beberapa sektor lain yang cukup berpotensi adalah pertambangan, telekomunikasi, dan industri minyak sawit. “Sektor keuangan cukup besar, ada yang dari pemerintah atau swasta,” katanya.
DIAN YULIASTUTI