TEMPO Interaktif, Jakarta: Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Bekasi, Jawa Barat, Asep Indraji Kusnadi, mengatakan kasus flu burung yang merenggut nyawa Andry telat dilaporkan. Warga baru memberitahu kantor dinas setelah korban parah. Demam selama lima hari, batuk serta sesak nafas. "Korban terlambat diberi pertolongan," katanya, Senin (2/3).
Berbeda dengan kasus flu burung di Kecamatan Sukatani, Asep melanjutkan, warga segera melapor begitu melihat unggas mati mendadak. Upaya prventif dengan memberi obat tamiflu kepada warga yang diduga kontak erat, juga dilakukan oleh warga. Usaha lain, yaitu memusnahkan unggas positif AI, juga dianggap berhasil mencegah korban.
Menurut Asep, Dinas Peternakan terus mengawasi dua lokasi kasus flu burung selama tiga pekan ke depan. Tindakan yang dilakukan antara lain, melakukan penyemprotan disinfektan, meminta warga tidak menjual dan mengonsumsi ayam, serta membagikan tamiflu lewat pusat kesehatan masyarakat setempat.
Badan Penanggulangan Nasional sudah mengambil sampel darah keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan Andry. Mereka adalah Ilyas, 43 tahun, Mimin, 36 tahun (ibu korban), dan Ana, 6 tahun (adiknya), warga Kampung Sukamantri RT 01/03, Desa Suka Raya, Kecamatan Karang Bahagia, Kabupaten Bekasi.
HAMLUDDIN