TEMPO Interaktif, Jakarta: Tiang pancang untuk jalur monorel, kereta jalur tunggal, jad barang mangkrak. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang memikirkan pemanfaatan bangunan tiang pancang yang nilainya miliran rupiah itu. "Apakah tetap untuk monorel atau bukan, masih dikaji," kata Sarwo Handayani, Asisten Pembangunan DKI Jakarta, Selasa (3/3).
Sarwo menjelaskan, tiang pancang yang menganggur itu aset Jakarta yang harus dimanfaatkan. "Penggunaannya tetap untuk transportasi massal, tentu belum pasti monorel. Kami akan cari yang paling efisien untuk Jakarta," janji Sarwo.
Pemerintah Jakarta berniat membangun sarana transportasi monorel sejak 2005. Nilai proyek tersebut secara keseluruhan berdasarkan perhitungan pada 2007 senilai US$ 484 juta (Rp 5,6 triliun). Proyek ini akan dibiayai dengan modal sendiri sebesar 30 persen (sekitar Rp 1,6 triliun) sisanya US $ 340 juta sekitar Rp 4 triliun (70 persen) oleh perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
Namun, setelah empat tahun tak kunjung datang lembaga keuangan yang mau mengucurkan dananya. Proyek monorel rencananya dibagi menjadi dua jalur, jalur hijau dan jalur biru. Dierkirakan dapat mengangkut 120 ribu orang per hari. Monorel jalur hijau sepanjang 14,2 kilometer akan melayani Semanggi-Kuningan. Jalur biru sepanjang 12,2 kilometer melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy.
Proyek monorel dikerjakan PT Jakarta Monorel. Perusahaan tersebut gagal membangun karena mundurnya Bank Pembangunan Islam, Dubai. Kendati melanjutkan proyek monorel. pemerintah Jakarta mengambil kebijakan tidak meneruskan jalur biru dan akan menggantikannya dengan proyek Mass Rapid Transit atau transportasi massal.
EKA UTAMI APRILIA