Namun dia belum bisa memastikan kapan waktu yang tepat untuk penerbitan surat berharga negara berdenominasi valuta asing itu. "Sukuk global akan segera masuk pasar jika kondisi membaik," kata Rahmat di kantor Departemen Keuangan, Jakarta, Jumat (6/3).
Senada dengan Rahmat, Direktur Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan, Dahlan Siamat, mengatakan hingga saat ini pemerintah belum menetapkan target indikatif maupun waktu penerbitan sukuk global. Pemerintah masih memperhitungkan kondisi pasar keuangan.
Namun, dia memastikan penerbitan sukuk global tahun ini tak akan melampaui sisa aset jaminan yang telah disiapkan pemerintah sekitar Rp 7 triliun. "Tapi tidak semuanya harus kami terbitkan, tergantung pasar," katanya.
Pemerintah, kata Dahlan, akan mempertimbangkan jumlah permintaan yang masuk dalam penjajakan. Pemerintah juga harus mempertimbangkan tingkat imbal hasil (yield). "Karena itu menggambarkan biaya penerbitan yang akan dikeluarkan," ungkapnya.
Saat ini, pemerintah berpatokan pada tingkat imbal hasil (yield) dalam penerbitan surat utang global jangka menengah atau global medium term notes (MTN) akhir bulan lalu untuk penerbitan sukuk global. Ketika itu tingkat imbal hasil (yield) berada di kisaran 10,5-11,75 persen.
AGOENG WIJAYA