TEMPO Interaktif, Jakarta: Tahun ini merupakan masa prihatin. Kondisi ini tecermin pada sejumlah perhelatan ashion week yang berlangsung di pusat-pusat kota mode dunia. Dampak krisis finansial pun kentara pada Milan Fashion Week pekan lalu. Biasanya pembukaan acara ditandai dengan hal-hal yang spektakuler. Namun kali ini, kemewahan nan gemerlap harus hilang tertiup angin resesi global.
Mario Boselli, Ketua Kamar Dagang Mode Nasional Italia, pun menyatakan bahwa kali ini, acara selaras dengan kondisi resesi global. Peserta juga menyusut 25 persen dibanding tahun lalu. "Tetapi, hal ini tidak menyurutkan semangat untuk tetap menggelar kegiatan tahunan ini kendati dengan pesta sederhana," ia menuturkan.
Baca Juga:
Seakan kompak dengan pernyataan Boselli, kesederhanaan pun dijunjung oleh para perancang dalam berkreasi. Gaya busana yang dipamerkan sungguh mencerminkan situasi resesi. Bahkan, terwakili di setiap jenis pakaian, seperti gaun, jaket, celana, sampai koleksi yang rada rumit seperti little black dress yang bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan.
Gelombang krisis finansial malahan membuat para perancang seolah ditantang untuk melahirkan koleksi yang tetap menggerakkan minat konsumen untuk berbelanja. "Saya tidak bisa tinggal diam, memang ada sedikit pengaruh yang membuat saya terkaget-kaget serta harus memikir ulang dan merencanakan sesuatu yang bisa mempengaruhi pembeli dan pelanggan tercinta saya," kata Giorgio Armani di sela-sela acara ini.
Perancang yang belum lama mendapat kecaman dari pelaku mode Roma ini diam-diam, tanpa bermaksud menyombongkan diri, menghadirkan busana wanita berkarakter maskulin. Dia merancang tuksedo yang dikemas lebih feminin. "Saya menyebut Moda Milanese berupa gaya aneka gaun hitam pendek sederhana,tapi tetap menyiratkan aura elegan. Saya menghadirkannya dengan bahan sutra dan velvet. Inilah gaun yang bercita rasa Italia yang sangat elegan bila dikenakan dengan jaket, baret, sarung tangan, dan pumps yang terbuat dari kulit," perancang berambut putih ini menjelaskan.
Adapun Domenico Dolce dan Stefano Gabbana kompak menyajikan adibusana gaun sederhana bertali satu dengan motif di bagian depan bergambar cetak wajah Marylin Monroe. Keduanya sepakat karakter Marylin Monroe dalam kehidupan pribadinya dan di panggung memiliki kekuatan. Sedangkan Versace menyajikan gaun berpotongan mantel lengan panjang warna biru yang terbuka di bagian dadanya. Dilengkapi sepatu hak agak tebal. Dia tidak dipilih sepatu tinggi berujung yang sering disimbolkan sebagai tingginya pencakar langit yang siap mencengkeram. Versace menampilkan karya sederhana dengan kemewahan berupa kenyamanan.
Tidak ketinggalan John Richmond yang menampilkan gaun emas menyilaukan mata yang terbuka di bagian punggung. John ingin menyajikan sesuatu yang berbeda seperti jaket ala Napoleon berwarna abu-abu dipadu dengan pantalon biru yang bisa dikenakan sebagai busana pesta di malam hari. Setelan itu dilengkapi sepatu bot hitam. "Saya yakin mereka yang mengenakan koleksi ini akan memancarkan aura percaya diri menghadapi situasi sulit," katanya.
Adapun Prada menyajikan setelan kemeja rok berbahan kulit warna oranye dengan permainan empat kancing menawan dan ikat pinggang sederhana. Pada bagian pundak kemeja diberi penekanan berupa bantalan lembut. Dipadu setelan rok sebatas lutut dalam potongan lurus yang terkesan elegan memikat. "Ada hal realistis yang harus dilakukan oleh perancang. Dalam situasi sekarang, saya berpikir sebagai keputusan tepat saya merancang karya seperti ini," ujarnya.
HADRIANI P | pelbagai sumber