TEMPO Interaktif, Jakarta:
Kekesalan belum pupus di wajah penyanyi Trie Utami (41). Wanita asal Bandung, kerap disapa Iie ini, sedianya berangkat ke lima negara Eropa pada 9 Maret lalu.
Ia dan bersama beberapa seniman Indonesia yakni, Sastro Ngatawi, Anis Soleh Ba'asin (penyair Pati), budayawan Yogyakarta Jadul Maulana (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia), Nyong Anggoman dan Jodhi Yudono, menjadi bagian dari seni budaya Indonesia.
Mereka direncanakan tampil di Monaco, Prancis, Italia, Jerman dan Belanda dalam sebuah misi budaya tur East West Culture Royal Bali pada 9 – 27 Maret.
“Akan ada malam Indonesia di KBRI (Kedutaan Besar) Republik Indonesia di Prancis,” ungkap Iie yang pada 2003 melakukan tur enam kota di Eropa Timur sebagai vokalis kelompok Krakatau ini.
Rombongan ini rencananya berangkat bersama para raja, sultan dan pemangku adat yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara (FSKN) yang diketuai Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan, raja Denpasar IX sebagai pembuat acara.
Raja Denpasar dianugerahi penghargaan Senses Wellness Award 2009 dari organisasi pariwisata internasional, Selected Hotel Promotion Inc, karena Bali terpilih sebagai tempat kunjungan spa terbaik di dunia. Penghargaan itu bila sesuai rencana, diberikan dalam acara pameran pariwisata tahunan yakni International Tourism Bourse (ITB) di Berlin, 14 Maret lalu. Karena raja tak datang maka penghargaan diwakilkan oleh direktur promosi luar negeri.
Sayang, para raja daerah lain pun tertinggal dan misi budaya batal. Malah menyisakan sejumlah masalah. Mulai dari pihak travel, PT Maestro Wisatama Indonesia (MWI) yang dirugikan karena tidak adanya pembayaran keberangkatan dan menderita kerugian hingga 18 milyar rupiah. Para raja dan pemangku adat lain yang sudah menginap di Jakarta pun pulang ke daerahnya masing-masing, membawa kekecewaan.
“Kami dijejali janji kosong,” ujar Iie ditemui kemarin, di D'Lounge, Jl Gunawarman, Kebayoran Baru, mewakili seniman lain yang ikut bicara. Ia merasa dilecehkan dan tidak dihargai. Apalagi mengetahui raja Denpasar dan bendahara, Aloysius Fanggiday yang juga pimpinan perjalanan tur, mengulur waktu pemberangkatan. Hingga sampai tanggal 24 Maret lalu, Iie mengatakan, keduanya tidak bisa dihubungi dan ditemui.
Sebagai seniman Iie mengaku, selalu membuat prioritas waktu. Banyak pekerjaannya terbengkalai.“Salah satunya, menggarap album duet bersama Dian Pramana Putra,” kata wanita yang meraih penghargaan Grand Prix Winner, penghargaan tertinggi dalam acara The Golden Stag Internasional Singing Contest di Brasov, Rumania pada 1991 ini.
“Kaki kiri saya untuk ngamen cari uang. Kaki kanan untuk mendukung peristiwa budaya. Kejadian ini sangat mengecewakan,” ucap mantan juri di Akademi Fantasi ini. Agenda Juni mendatang, ia akan berkeliling Eropa bersama Djaduk Ferianto dan Kua Etnika, kelompok musik etnis. Semoga perjalanan ini bisa mengobati lara hatinya.
EVIETA FADJAR