Mulyadi menerangkan, laporan itu telah disampaikan warga sekitar kepada kantor Dinas Tata Air yang berada tidak jauh dari lokasi longsoran tanggul. Saat itu, kata dia, warga mengetahui bahwa bagian bawah pintu air telah tergerus air danau. "Gerowongannya cukup besar," katanya.
Kelalaian pemerintah dalam menangani laporan itu rupanya berujung musibah besar. Air hujan yang turun cukup deras sejak kemarin sore merobohkan pintu air dan sebagian tanggul danau. Sekitar 200 juta meter kubik air danau seketika tumpah laiknya tragedi tsunami.
Tragedi itu menenggelamkan ratusan rumah yang berada di sepanjang aliran sungai Pesanggrahan. Sebagian rumah itu hancur. Warga yang masih terlelap pun ikut menjadi korbannya. Hingga berita ini diturunkan, tragedi itu sedikitnya memakan 50 korban dan diperkirakan masih akan bertambah.
Mulyadi menerangkan, tanda-tanda kejadian sebenarnya mulai dirasakan warga menjelang tengah malam. Saat itu, kata dia, curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan permukaan danau naik cukup tinggi dan melewati batas atas pintu air. "Airnya meluap sejak pukul 24.00 WIB," katanya.
Kejadian tidak lazim itu lekas direspon sebagian warga. Salah seorang di antara mereka kemudian memberikan pengumuman melalui pengeras suara melalui Mesjid Jabalurrahman yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi tanggul. "Warga diminta waspada," kata Mulyadi.
Perasaan cemas semakin memuncak ketika luapan danau itu merobohkan bagian bawah pintu air tepat ketika jarum jam menunjuk pukul 03.00 WIB. Mulyadi yang tinggal tidak jauh dari lokasi itu sempat mengamati gejala awal musibah melalui jembatan yang berada persis di atas tanggul.
"Ternyata jembatan bergoyang cukup deras. Saat itulah saya sudah punya perasaan yang tidak enak," katanya. Ia pun kemudian meminta seluruh keluarganya untuk meninggalkan rumah. Namun sayang, belum lagi perabotan rumahnya diangkut, luapan air mendadak merobohkan seluruh tanggul.
"Kejadiannya sekitar pukul 05.10 WIB," ujarnya. Hempasan air seketika mengikis sebagian tanggul dan merobohkan sebagian rumah warga. Tidak terkecuali rumah milik Mulyadi yang hanya berjarak dua meter dari bibir tanggul. "Rumah saya ada tiga. Tiga-tiganya hilang," akunya.
RIKY FERDIANTO