Enam korban luka dan hilang tersebut adalah para guru dan kepala sekolah yang tengah menyalurkan hobi mancing di 10 mil dari pesisir pantai Desa Kalibuntu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, empat orang yang mengalami luka-luka itu adalah Hariono, pemilik perahu bermotor warga Desa Asembakor; Wahyudi, Hendra dan Bambang, warga Desa Wangkal, Kecamatan Kraksaan. Sedangkan dua orang yang hilang adalah Sentot, warga Desa Rondokuning dan Slamet, warga Desa Jabungsisir.
Tabrakan itu bermula ketika perahu motor yang ditumpangi enam orang rombongan guru ini menyalurkan hobi mancing di tengah laut. Mesin dimatikan dan jangkarpun dilepas.
Sementara itu, dari kejauhan kurang lebih sekitar satu mil dari perahu motor, sedang melaju dengan kecepatan tinggi sebuah kapal motor yang dikendarai dua orang nelayan yakni, Ahmad Yani dan Misnadi, keduanya nelayan dari Desa Kalibuntu.
Kapal motor yang seharusnya ada satu orang yang berada di atas kapal untuk memandu jalannya kapal, ternayat tidak ada. Kapal motor tersebut terus saja melaju. Penumpang perahu motor sendiri tidak menyangka kalau kapal motor mengarah kepada mereka.
Ketika jaraknya sudah mencapai kurang lebih 20 meter, baru mereka sadar kalau kalap motor tersebut bakal menabrak mereka. Penumpang perahu motor sudah berteriak serta melambai-lambaikan pakaian untuk memberikan tanda. Namun teriakan dan tanda itu tak terlihat. Tabrakan tidak terhindarkan.
Sebelum sempat menabrak bagian tengah perahu motor, penumpang sudah meloncat terlebih dulu. Perahu pecah menjadi dua.
Empat orang berhasil diselamatkan oleh kapal motor yang menabrak setelah 30 menit sempat terapung di permukaan laut. Sedangkan dua orang lainnya hingga berita ini ditulis belum juga ditemukan. “Yang jelas kami kelelahan saat terapung di laut,” kata Hendra, salah satu korban luka.
Ajun Komisaris Bambang Sutarno, Kepala Kepolisian Sektor Kraksaan mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut.
DAVID PRIYASIDHARTA