TEMPO Interaktif, Jakarta: Amran tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Pada sebuah rapat biro fotografer, idenya dipatahkan oleh Basto -- rekan seprofesinya. Malahan ia diberi label fotografer yang tidak bereputasi, dan tidak becus bekerja. “Saya terganggu sekali, namun tak bisa berbuat apa-apa. Semua orang sudah membenarkan pembunuhan karakter yang dilakukan Basto,” ia bertutur dengan muka muram.
Kekesalan fotografer asal Jawa Timur itu merupakan contoh kecil orang yang mengalami pembunuhan karakter. Dalam sebuah seminar terbatas di Mal Taman Anggrek, Jakarta, pekan lalu, kasus ini pun dibahas. Salah satu pembicara, George Herman, mengatakan dalam dunia kerja dan kehidupan sosial sekarang, pembunuhan karakter sering terjadi dan menjadi alibi untuk menghancurkan dan menistakan reputasi seseorang.
Penulis buku Reading People ini menyebutkan pembunuhan karakter atau penghancuran reputasi merupakan istilah yang sering digunakan saat masyarakat terlanjur mengadili seseorang. Yang bersangkutan diberitakan telah melakukan kejahatan atau melanggar norma sosial tanpa melakukan konfirmasi lebih dulu. Tuduhan itu cenderung memojokkan orang tersebut.
Walhasil, reputasi orang tersebut menjadi rusak.Dalam dunia pekerjaan pembunuhan karakter bisa menghambat karier. “Efek terbesarnya label buruk melekat, tanpa pembelaan, karier orang tersebut terhambat, jabatannya bergeser atau lepas bahkan dipecat dari perusahaan,” kata pemilik Mind Klinik itu. Ia pun menyebut aksi ini merupakan pengadilan massa dan bentuk kekerasan terhadap orang lain.
Dalam dunia karier, persaingan untuk meraih jenjang karier yang lebih tinggi kerap memicu keinginan seseorang untuk mengukir prestasi yang lebih baik. Nah, sepanjang persaingan yang dilakukan ditempuh dengan cara yang positif, tentu sah-sah saja.
“Adalah tidak wajar bila persaingan dilakukan dengan berbagai cara, termasuk cara-cara negatif yang tak bermoral. Sebut saja, upaya pembunuhan karakter lawan agar terlihat lebih buruk di mata rekan kerja, atasan maupun relasi.”
Psikolog Anna Surti Ariani mencermati pembunuhan karakter sering dilakukan dengan usaha sekuat tenaga untuk menghilangkan orisinalitas karakter seseorang dalam pandangan orang lain. Alumni Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menyebutkan pembunuhan karakter tidak saja menyangkut fitnah atau menyebarkan berita bohong.
“Tindakan ini menyangkut pencitraan tentang diri seseorang yang merupakan hal penting yang berperan besar dalam kelangsungan kehidupan sosial termasuk kehidupan karir.”
Psikolog yang biasa disapa Anna ini menyatakan citra buruk sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan dan penilaian seseorang. Demi pentingnya citra diri, ia mengingatkan untuk selalu waspada agar terhindar dari pembunuhan karakter yang dilakukan lawan atau saingan, termasuk kawan di sekitar kita. Nah, cara termudah menghindari label tindakan keji ini dengan melakukan pembuktian yang menunjukkan kompetensia.
Menurut Anna, bila kita kompeten, orang lain dengan sendirinya menilai kebenaran berita yang disebarkan itu. Cara lain menjalin hubungan dan komunikasi baik dengan semua rekan kerja. “Sikap ini menciptakan persaingan sehat, positif dan saling membantu sebagai tim yang membuat rekan kerja merasa setara hingga tidak perlu saling menjatuhkan.”
Bila menghadapi fitnah pembunuhan karakter, Anna mengingatkan tetap fokus terhadap kompetensi diri, membina, membangun kekompakan tim serta memperlancar komunikasi. “Penting juga melakukan counter, klarifikasi isu atau kabar tentang diri kita, bila ternyata kabar yang berkembang tersebut sudah cukup mengkhawatirkan,” ujarnya.
Berikut enam solusi jitu yang disarankan Anna untuk mengatasi pembunuhan karakter di kantor: Pertama, cari tahu dengan seksama label yang mengusik citra diri Anda akibat pembunuhan karakter. Lalu bersikap tenang dan tetap sabar. Selalu berpikir positip. Kemudian tetap berusaha menunjukan kinerja yang terbaik buktikan diri Anda memiliki kompentensi. Yang ke empat berkomunikasi dengan baik dengan rekan kerja maupun relasi. Terus menerus melakukan intropeksi diri dan yang terakhir bila Anda tahu pelaku pencetus pembunuhan karakter, temui dan lakukan komunikasi terbuka untuk menjernihkan masalah.
HADRIANI P