TEMPO Interaktif, Jakarta:Tiga dari sembilan situ di Kota Tangerang, Banten, hilang dan berubah fungsi. Tandon air raksasa untuk pengendalian banjir itu di antaranya menjadi jalan tol dan gedung perkantoran serta perumahan.
Data yang diperoleh Tempo dari Badan Perencanaan Daerah Kota Tangerang menunjukkan, selain kehilangan situ, luas areal situ yang tersisa menyusut dari semula 257 haktare menadi hanya 152 hektare.
Ketiga situ yang hilang itu adalah Situ Kompeni di Kelurahan Rawa Bokor, Kecamatan Benda, Kota Tangerang. Situ ini memiliki luas sekitar 70 hektare dan telah disulap menjadi jalan tol akses Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Dua situ lainnya yang tak berbekas adalah Situ Lawad di Kecamatan Cipondoh dan Situ Kambing di Kecamatan Ciledug yang berubah fungsi menjadi kantor dan lapangan olahraga.
Kepala Bapeda, Dadang Durachman kepada Tempo menjelaskan, hilangnya situ itu berdampak pada tidak optimalnya fungsi pengendali banjir di wilayahnya. "Sebagain wilayah Kota Tangerang kerap dilanda banjir saat hujan lantaran air tidak terkelola dengan baik," kata Dadang kemarin.
Dadang menambahkan, selain berubah fungsi, situ yang masih ada mengalami pendangkalan situ. Dampak yang dirasakan dari kondisi ini adalah meluasnya banjir di Kota Tangerang.
Pada 2007 terdapat 63 lokasi banjir di 13 kecamatan meningkat dari 49 lokasi banjir pada 2000. “Masalah lain termasuk ketidakjelasan batasan pengelolaan situ antara pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kota,” ungkap Dadang.
Masalah situ menjadi penting diomongkan menyusul tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung di Cireundeu, Ciputat, Tangerang, Jumat pekan lalu. Akibatnya, sebanyak 98 orang tewas, lebh dari 115 orang hilang, dan sebanyak 319 rumah hancur. Situ itu jebol setelah sehari sebelumnya hujan lebat melanda kawasan Ciputat dan Cireundeu.
AYU CIPTA