TEMPO Interaktif, Surakarta: Pengelola taksi Bandar Udara Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah, mengaku rugi dampak dari jadwal penerbangan berkurang. Mereka menolak bus Damri.
Kerugian tersebut akibat dari minimnya jumlah penerbangan, semula 13 penerbangan per hari, kini hanya enam penerbangan tiap hari sehingga penumpang yang diangkut oleh taksi bandara sedikit. Karena itu mereka tetap menolak bus Damri jurusan bandara.
“Pendapatan taksi kami masih sangat sedikit,” kata Kepala Pusat Koperasi Angkatan Udara Adi Soemarmo, Kapten Kateno kepada Tempo, Senin (20/4). Bahkan, menurutnya, pihak koperasi hingga saat ini masih mempunyai tunggakan kredit kendaraan untuk 65 taksi yang dikelola.
Selain taksi, pihaknya juga mengelola 40 angkutan pedesaan trans bandara yang melintas di sekitar bandara Adi Soemarmo. Angkutan ini pun tidak mampu memberikan setoran jasa ke koperasi.
Meskipun dikelola oleh koperasi, menurut Kateno angkutan pedesaan trans bandara tersebut merupakan milik para anggota TNI yang telah purna tugas. “Harusnya mereka memberikan biaya jasa ke koperasi sebesar Rp 75 ribu per bulan,” katanya.
Melihat hal demikian, Damri keberatan mengoperasikan bus kota jurusan bandara jika tidak diperkenankan mengambil penumpang di bandara. “Kerugian kkami mencapai Rp 2 juta per hari,” kata Kepala Operasional Perum Damri Surakarta, Sutaryadi.
Hingga saat ini bus tersebut tetap beroperasi semata-mata karena adanya permintaan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Surakarta. Jika kondisi tersebut masih berlangsung, akhir tahun ini mereka akan menghentikan beroperasinya bus bandara.
AHMAD RAFIQ