TEMPO Interaktif, Jakarta:Paket stimulus infrastruktur pemerintah tidak bisa mendorong pertumbuhan industri di tengah krisis ekonomi global. Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, stimulus hanya bersifat memperkuat dan mempertahankan agar pertumbuhan industri tidak melorot. "Stimulus itu sifatnya memperkuat agar (pertumbuhan industri) tidak terlalu jauh menurun atau jatuh,” ujarnya kepada Tempo
Dia menjelaskan, pemikiran paket stimulus cenderung mengarah pada stabilitas industri daripada pertumbuhan. "Kami mempertahankan pertumbuhan yang selama ini ada," katanya. Fokus pemerintah saat ini adalah mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekitar 4-4,5 persen. "Jangan sampai menjadi 2 persen, jangan sampai menjadi negatif.”
Menurut Fahmi, pertumbuhan ekonomi dan industri tergantung pada pemulihan ekonomi negara lain, terutama Eropa, Jepang dan Amerika. Alasannya, ketiga negara itulah tujuan utama ekspor Indonesia. Dia mengatakan, pelemahan ekonomi di Amerika akan berdampak pada kegiatan industri di Indonesia. "Karena kalau Amerika melemah kita juga kena dampaknya," ujarnya. Pemerintah berupaya agar pertumbuhan ekonomi pada tahun ini tidak negatif.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) justru khawatir paket stimulus fiskal akan gagal mencapai target, karena terus menerus molor realisasinya. "Ini sudah akan memasuki bulan Mei. Realisasi stimulus seharusnya April 2009. Mekanisme realisasi insentif Pajak penghasilan pasal 21 pun belum final," tutur Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri, Bambang Soesatyo.
Departemen Perindustrian memperkirakan pertumbuhan industri pada tahun ini sebesar 2,5-3,4 persen. Rendahnya target pertumbuhan tersebut akibat krisis ekonomi global.
NIEKE INDRIETTA