TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah industri tidak menaikkan target produksi mereka tahun ini. Diantaranya, industri farmasi dan keramik. Usaha skala kecil dan menengah yang menjual makanan dan minuman malah terancam nasibnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Farmasi, Anthony Charles Sunarjo mengatakan perusahaan anggota asosiasinya mempertahankan pertumbuhan produksi seperti tahun lalu. Menurut laporan anggotanya, pertumbuhan perusahaan multinasional rata-rata 15 persen, sedangkan perusahaan nasional 10 persen. "Ekonomi kan turun terus. Kalau bisa mempertahankan angka yang sudah ada saja itu sudah bagus," ujarnya kepada Tempo, Kamis (23/4).
Menurut Charles, permintaan terhadap obat-obatan masih stabil. "Obat itu sama seperti beras, kebutuhan utama. Kalau sakit, orang tidak mungkin tunda membeli," katanya.
Adapun, stimulus yang akan diterima industri farmasi adalah Bea Masuk Ditanggung Pemerintah untuk alat infus. Charles berpendapat, pemberian insentif tersebut bisa membantu industri mengurangi biaya operasional. Harga pokok barang (landed cost) dari produsen ke pabrik bisa berkurang. Apalagi, alat infus masih diimpor. "Kenaikan harga jual bisa ditunda dengan insentif itu," ujarnya.
NIEKE INDRIETTA