TEMPO Interaktif, Jakarta: Warga tak antusias dengan kebijakan insentif parkir, 5 bayar 1 gratis, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jakarta. Edward Hasibuan, 32 tahun, warga Tanah Abang, Jakarta Pusat mengatakan yang penting bukan parkir gratis, tapi ketersediaan tempat parkir. "Gratis sih gratis, kalau ga ada tempat parkir gimana," ujarnya.
Menurut dia, tempat parkir di Jakarta masih sangat kurang. "Jangankan di pinggir jalan, di gedung-gedung kantor sampai mall juga sulit cari parkir," kata Hasibuan. Apalagi, yang mendapat insentif parkir gratis adalah tempat parkir resmi dipinggir jalan saja. Padahal, lanjut dia, bukan rahasia lagi bahwa tempat parkir liar menjamur dimana-mana.
Karena tak ada pilihan lain, pengakuan Hasibuan, ia kerap parkir sembarangan. Ia mengaku sadar akan resiko terhadap kendaraannya jika berada diparkir liar. "Mobil saya pernah tergores, tak ada yang mau tanggung jawab," katanya. Sekitar empat tahun yang lalu, ia juga pernah kehilangan sepeda motor yang ia parkir di dekat Pasar Tanah Abang. "Padahal itu dekat pos polisi, dan tak ada yang tanggung jawab" ujar Hasibuan.
Mahfud, 27 tahun, warga Sawah Besar, Jakarta Pusat juga berpendapat serupa. Menurut dia, yang penting adalah penertiban tempat parkir liar. "Kalau bisa yang liar itu dijadikan resmi saja," katanya. Ia mengaku deg-degan jika harus parkir liar. "Ngeri juga takut hilang," ujar Mahfud.
Makanya, ia berharap pemerintah bisa menjamin keamanan kendaraan ditempat parkir. "Gratis kalau ga aman, juga percuma," kata Mahfud.
Pemerintah Kota Jakarta akan memberlakukan kebijakan parkir 5 bayar 1 gratis di 109 lokai parkir di seluruh Jakarta, mulai pertengahan Mei ini. Dengan program ini, sesorang yang memiliki 5 tiket tanda parkir, bisa menukarkannya dengan 1 kali tiket parkir gratis.
SOFIAN