"Pembukaan ini sebagai persembahan kepada masyarakat," kata Kepala Museum Sejarah Jakarta Rafael Nadapdap kepada Tempo di lokasi, Senin (18/5).
Selain itu, Rafael menambahkan, pembukaan bunker juga bertujuan memperkenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan tempat bersejarah. "Diharapkan masyarakat merasa ikut memiliki, sehingga ikut menyayangi dan merawat," ujarnya.
Bunker berukuran 31x3 meter dengan ketinggian 1,7 meter merupakan tempat persembunyian saat perang dunia kedua. Bangunan ini sengaja dibangun tahun 1940 oleh Belanda untuk berlindung dari serangan musuh.
Bunker ini sempat ditutup pada tahun 1991. Menurut Kepala Unit Teknis Kota Tua, Candrian Attahiyyat, penutupan itu untuk menjaga kebersihan bunker. "Dulu, masyarakat sering mencuci di sana, maklum banyak air," kata dia.
Pantauan Tempo di bunker, rembesan air dari permukaan tanah maupun dari celah dinding beton terus mengalir. Untuk menjaga lantai bunker tetap kering, dipasang saluran air yang dialirkan ke bak tampungan. Ketika air bak mulai penuh, dipompa ke saluran luar bunker.
Persiapan pembukaan bunker ini dilakukan beberapa hari kemarin. Beberapa petugas mengeruk lumut di bunker. "Kemarin lumutnya setinggi 3 centimeter," kata Rafael.
Menjelang pukul 16.00 WIB, masyarakat diajak berpartisipasi dalam berbagai lomba menyemarakan hari museum internasional, seperti tarik tambang dan balapan naik sepeda pelan.
RINA WIDIASTUTI