"Ego sektoral BI selama periode kepemimpinan Boediono justru memperdalam kerusakan perekonomian, terutama sektor riil," kata Bambang Soesatyo, Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia kepada Tempo, Selasa (19/5).
Menurut dia, semangat itu sejalan dengan kecenderungan global untuk memulihkan sektor riil. Perhatian berlebih terhadap sektor keuangan dan perbankan dinilai tidak akan menyelesaikan masalah secara keseluruhan.
"Karena itu, IMF (Lembaga Dana Moneter Internasional) sendiri sudah menyarankan perbankan mulai mencari cara untuk menyalurkan kredit guna memulihkan sektor agar isu pengangguran bisa direspons," katanya.
Bambang menambahkan, saat Boediono meninggalkan jabatannya, ia meninggalkan masalah berupa kegagalan menurunkan suku bunga dan pemulihan likuiditas. Karena itu pemerintah dan DPR harus mencari pengganti Boediono dengan sosok yang inovatif dan bisa menjaga keseimbangan stabilitas sektor keuangan dan peningkatan sektor riil.
Selama menjabat, Boediono dinilai hanya berkosentrasi penuh pada upaya menjaga stabilitas sektor keuangan, dengan mewujudkan sistem perbankan yang stabil dan sehat. Akibatnya, bank justru terdorong menempatkan dananya di surat utang negara karena merasa dananya lebih aman.
GUNANTO E.S.