“Sejak 22 Mei yang lalu ombak mencapai lima meter dan angin sangat kencang di tengah laut, kami tidak berani melaut,” kata Mugari (34), seorang nelayan di Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul, Yogyakarta, Kamis (28/5).
Selama satu minggu, para nelayan yang mempunyai lahan garap tanaman lebih memilih untuk bercocok tanam palawija daripada mencari ikan.
Menurut Mugari, ikan yang ada di laguna pun hanya kecil-kecil. Ikan jenis bawal tidak pernah ada selama satu minggu ini. Yang ada haya ikan layur sebesar jari orang dewasa. Padahal jika ombak tidak tinggi, para nelayan sekali melaut bisa menghasilkan hingga Rp 1 juta dengan menggunakan perahu nelayan jungkung. Biasannya para nelayan berangkat melaut pada pukul 05.00 WIB dan kemali ke pantai pukul 13.00 WIB.
Senada dengan Mugari, Suroyo, nelayan dan komandan pleton Tim SAR pantai Parangtritis, Kretek, Bantul membenarkan ombak di panati selatan tinggi dalam satu mingg terakhir. Para nelayan hanya menyandarkan perahu mereka di pinggiran pantai untuk diperbaiki. Sedangkan Tim SAR justru meningkatkan pengamanan pantai karena saat ini banyak wisatawan yang datang menikmati pantai. Apalagi pada hari ini ada perayaan Peh Chun oleh warga keturunan tionghua yang dilaksanakan di pantai Parangkusumo.
“Tim SAR menerjunkan 50 personil untuk menjaga pantai, karena ombak tinggi dan ada perayaan Peh Chun,” kata Suroyo.
Menurut Tony Wijaya Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta ombak di pantai selatan Yogyakarta tinggi karena tekanan angin dari utara dan selatan bertemu di laut selatan. Angin tersebut akibat dari pergeseran matahari yang saat ini berada di utara Indonesia. Sehingga panas yang melanda utara Indonesia menyebabkan tingginya obak dan angin kencang di Samudera Hindia.
“Pada minggu ini memang tinggi, sedangkan perkiraan pada minggu depan pada 2 Juni 2009 tinggi ombak mencapai 3 meter, namun citra satelit kadang tidak sama dengan yang terjadi terkadang malah justru lebih tinggi,” kata Tony.
MUH SYAIFULLAH