TEMPO Interaktif, Jakarta: Chevron Pacific Indonesia masih tertarik untuk menggarap Blok Ambalat Timur di Laut Makassar, meskipun kini di wilayah itu terjadi masalah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.
"Kami tidak ada kegiatan di East Ambalat saat ini dan masih tertarik dengan kontrak kerja sama tersebut dengan pemerintah Indonesia," ujar juru bicara Chevron Pacific Indonesia, Santi Manuhutu, dalam pesan singkatnya kepada Tempo, Selasa (2/6).
Santi mengatakan perusahaan energi yang berbasis di Amerika Serikat itu tidak bisa menjalankan aktifitas di blok tersebut sampai masalah perbatasan dengan Malaysia diselesaikan.
Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi R. Priyono, Senin (1/6) mengatakan tetap akan merekomendasikan perpanjangan kontrak Ambalat Timur untuk Chevron yang akan berakhir pada 2010.
Kontrak itu kemungkinan besar diperpanjang hingga 2014. Chevron mendapatkan kontrak tersebut sejak 2004 lalu. "Wewenang perpanjangan kontrak ada di tangan pemerintah tapi kami tetap akan merekomendasi untuk diperpanjang karena wilayahnya strategis," ujar Priyono.
Malaysia mengklaim wilayah perairan Ambalat yang mencakup 25.700 kilometer persegi atau hampir seluruh Provinsi Sulawesi Selatan. Selain Blok Ambalat Timur, Blok Ambalat Barat juga diklaim sebagai milik Malaysia.
Kedua wilayah kerja minyak dan gas bumi itu diberi nama Blok ND6 dan ND7. Sebelumnya kedua blok itu dinamakan Blok Y dan Z. Malaysia pada 2002 menyerahkan kedua blok itu kepada Shell (Belanda) bersama Petronas Carigali Sdn Bhd (Malaysia).
Kawasan Ambalat menyimpan kandungan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar. Menurut ahli geologi dari lembaga konsultan Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Andang Bachtiar, satu titik tambang di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. "Itu baru satu titik dari sembilan titik yang ada di Ambalat," ujarnya, Senin lalu.
SORTA TOBING