Ia mengatakan, pemerintah masih mempertimbangkan soal perpanjangan kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Ambalat Timur. "Kami akan melihat lagi apa masalah di blok itu dan prosesnya bottom- up (dari bawah ke atas)," katanya.
Kalau masalah bukan berasal dari Chevron, maka pemerintah akan memberi perpanjangan kontrak yang akan berakhir pada 2010 itu. Tapi Purnomo enggan menyebutkan perpanjangan kontrak tersebut.
Tapi sebelumnya Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi R. Priyono, Senin (1/6) mengatakan tetap akan merekomendasikan perpanjangan kontrak Ambalat Timur untuk Chevron yang akan berakhir pada 2010.
Kontrak itu kemungkinan besar diperpanjang hingga 2014. Chevron mendapatkan kontrak tersebut sejak 2004 lalu. "Wewenang perpanjangan kontrak ada di tangan pemerintah tapi kami tetap akan merekomendasi untuk diperpanjang karena wilayahnya strategis," ujar Priyono.
Selain Chevron, perusahaan asal Italia, ENI, juga memiliki wilayah kerja yang diklaim Malaysia, yaitu Blok Ambalat. "Sampai sekarang mereka masih tetap melakukan kegiatan eksplorasi," katanya. ENI, kata dia, juga sedang mengajukan untuk perpanjangan di Blok Aster dan Bukat, di perairan Ambalat.
Malaysia mengklaim wilayah perairan Ambalat yang mencakup 25.700 kilometer persegi atau hampir seluruh Provinsi Sulawesi Selatan. Selain Blok Ambalat Timur, Blok Ambalat Barat juga diklaim sebagai milik Malaysia.
Kedua wilayah kerja minyak dan gas bumi itu diberi nama Blok ND6 dan ND7. Sebelumnya kedua blok itu dinamakan Blok Y dan Z. Malaysia pada 2002 menyerahkan kedua blok itu kepada Shell (Belanda) bersama Petronas Carigali Sdn Bhd (Malaysia).
Kawasan Ambalat menyimpan kandungan minyak dan gas bumi dalam jumlah besar. Menurut ahli geologi dari lembaga konsultan Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Andang Bachtiar, satu titik tambang di Ambalat menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas. "Itu baru satu titik dari sembilan titik yang ada di Ambalat," ujarnya, Senin lalu.
SORTA TOBING