Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Latihan Ditingkatkan, Marinir Siap Perang Ambalat

image-gnews
-
-
Iklan

marinirTEMPO Interaktif, Samarinda: Pasukan Marinir TNI Angkatan Laut di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur, meningkatkan latihan militer menyusul makin memanasnya situasi di Ambalat.

Komandan peleton pasukan Intai Amfibi Marinir di Sebatik, Letnan Dua Denny Aprianto, mengungkapkan bahwa latihan perang itu telah memetakan posisi strategis jika terjadi perang sesungguhnya.  "Latihan kami sudah difokuskan ke perang seiring meningkatnya konflik RI-Malaysia di perairan Ambalat," kata Denny melalui telepon kemarin.

Satuan Tugas Ambalat IX Marinir di Sebatik berada di bawah komando Yonif 3 Marinir Surabaya, berkekuatan 130 anggota, termasuk satu tim pasukan Intai Amfibi.
Denny mengatakan, dengan latihan intensif, seluruh pasukan telah siap berperang. "Kami sudah dapat perintah atasan, tingkatkan kewaspadaan," ujarnya.

TNI Angkatan Laut menambah dua kapal perang lagi untuk memperkuat armada yang berpatroli di perairan yang berbatasan dengan Malaysia, dan menarik pulang kapal Republik Indonesia (KRI) Hasanuddin ke pangkalan di Surabaya. Dengan demikian, kapal yang disiapkan menjadi enam buah, termasuk KRI Untung Suropati, KRI Rimau, KRI Solo Pari, dan KRI Sultan Nuku, yang sejak beberapa waktu yang lalu bertugas di sekitar Ambalat.

Menurut Kepala Dinas Penerangan Koordinator Armada Indonesia Kawasan Timur Letkol Toni Syaiful, penarikan ini agar kapal yang beroperasi tetap bisa menjaga kemampuan berperang. "Kami tetap mengoperasikan enam sampai tujuh kapal perang," katanya.
Kemarin pukul 14.00 wita, kapal Malaysia, KD Baung 3509, kembali masuk perairan Ambalat sejauh dua mil laut. Dalam hitungan menit, Baung dapat dihalau KRI Suluh Pari dan pesawat Nomad 834 milik TNI AL. "Kami upayakan selalu hadir di laut dengan berpatroli, pokoknya kami jaga terus," kata Toni.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Jakarta, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Tjahjo Kumolo, meminta pemerintah tegas dalam menyelesaikan sengketa Blok Ambalat. Menurut dia, pemerintah perlu menyampaikan nota protes keras ke Malaysia terkait dengan pelanggaran batas perairan di Ambalat. "Dubes Indonesia dipulangkan dan Dubes Malaysia disuruh pulang. Sebelum masalahnya clear, tidak perlu duta besar," kata Tjahjo.

Ketua Fraksi Partai Demokrat Syarifuddin Hasan membantah tuduhan bahwa pemerintah lamban menyelesaikan kasus Ambalat. "Bisa saja Presiden menyatakan perang, tapi apakah DPR dan rakyat setuju dan kita sudah siap?" katanya.

Menurut Syarifuddin, jika Presiden menyatakan perang, pemerintah harus menyiapkan anggaran sekitar Rp 20 triliun per bulan. Pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti mengingatkan pemerintah agar tidak memandang rendah kasus Ambalat. "Jangan sampai nasib Sipadan dan Ligitan terjadi lagi," katanya.

FIRMAN HIDAYAT | EKO ARI WIBOWO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Utusan Khusus Indonesia-Malaysia Bertemu Bahas Ambalat

10 Agustus 2015

Retno Marsudi. dok. TEMPO/Yosep Arkian
Utusan Khusus Indonesia-Malaysia Bertemu Bahas Ambalat

"Batas wilayah maritimnya belum selesai," ujar Retno.


Sengketa Ambalat, Kemenlu Keluhkan Ini untuk Protes Malaysia

3 Juli 2015

Pasukan Marinir TNI-AL menuju KRI Lampung di Dermaga E Markas Komando Armada Timur, Surabaya (2/1). 130 Marinir tersebut akan bertugas di perairan Ambalat,  menjaga perbatasan Indonesia dengan Malaysia. TEMPO/Fully Syafi
Sengketa Ambalat, Kemenlu Keluhkan Ini untuk Protes Malaysia

Untuk dapat melayangkan nota protes, Kementerian Luar Negeri membutuhkan informasi rinci.


Kemenlu Belum Terima Bukti Pelanggaran di Ambalat

29 Juni 2015

TEMPO/Santirta M.
Kemenlu Belum Terima Bukti Pelanggaran di Ambalat

Kementerian Laur Negeri sebenarnya sudah mengirim nota protes terkait pelanggaran wilayah udara Ambalat ke Malaysia pada Februari lalu.


Dua Kapal Militer Malaysia Kembali Masuk Ambalat

13 Oktober 2009

Dua Kapal Militer Malaysia Kembali Masuk Ambalat

Dua kapal Tentara Laut Diraja Malaysia KD YU-3508 dan KD Ganas-3503 terpergok masuk ke perairan Ambalat Kalimantan Timur.


Tujuh Kapal Perang Terus Pantau Ambalat  

4 Agustus 2009

KRI / TEMPO/Fransiskus S
Tujuh Kapal Perang Terus Pantau Ambalat  

Sekitar tiga bulan terakhir ini tidak ada lagi pelanggaran batas wilayah perairan Indonesia oleh kapal asing. "Sudah tidak ada pelanggaran perbatasan," ungkap Harapap.


Ditanya Ambalat, Menteri Pertahanan Malaysia Tolak Berkomentar

28 Juni 2009

Ditanya Ambalat, Menteri Pertahanan Malaysia Tolak Berkomentar

Kami tidak membicarakan Ambalat, juga Manohara. Itu porsinya Jakarta, kata Datuk Ahmad.


Menlu Hassan Wirajuda: Ambalat Bukan Konflik Kedaulatan

22 Juni 2009

Menlu Hassan Wirajuda: Ambalat Bukan Konflik Kedaulatan

"Tidak ada satupun negera di dunia yang punya kedaulatan pada landas kontinen," ujarnya.


Arif H. Oegroseno: Peta Malaysia Diprotes Banyak Negara

22 Juni 2009

TEMPO/Arnold Simanjuntak
Arif H. Oegroseno: Peta Malaysia Diprotes Banyak Negara

Problem awal itu Malaysia mengeluarkan Peta 1979. Pertanyaannya, mengapa mereka mengeluarkan peta itu, sedangkan perundingan sudah akan selesai.


Menteri Luar Negeri Malaysia Kritik Pers Indonesia Soal Ambalat

16 Juni 2009

Menteri Luar Negeri Malaysia Kritik Pers Indonesia Soal Ambalat

Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Anifah Aman menganggap pemberitaan tersebut marak terkait dengan pemilihan presiden di Indonesia 8 Juli ini.


TNI AL Bantah Larang Wartawan Ikut ke Ambalat

12 Juni 2009

TNI AL Bantah Larang Wartawan Ikut ke Ambalat

Tapi TNI memang membatasi publikasi menyangkut sengketa ambalat agar tak menambah panas dan berujung pada keresahan masyarakat.