TEMPO Interaktif, Yogyakarta : Forum bisnis terbesar untuk bidang corporate travel, perjalanan wisata, konvensi dan pameran (MICE) dibuka hari ini, Jumat (5/6) di Yogyakarta.
Acara direncanakan akan berlangsung selama tiga hari. Meski tengah digelayuti krisis keuangan global, panitia penyelenggara menargetkan transaksi sebesar Rp 46 miliar selama acara berlangsung. "Kami menargetkan terjadi 11.000 transaksi senilai Rp 46 miliar sampai penutupan hari Minggu (7/6) nanti,” kata Ketua Komite Penyelenggara Indonesia MICE (Meeting, Incentives, Conventions, and Exhibitions), Panca Rudolf Sarungu, dalam jumpa pers di Hotel Sheraton, Jumat, (5/6).
Panitia berharap di hari pertama pameran, sudah bisa menghasilkan 9.000 transaksi bisnis. Dalam forum ini, sekitar 103 pelaku bisnis pariwisata seperti resort, hotel, tempat konvensi dan penyedia fasilitas MICE di Yogyakarta, dipertemukan secara langsung dengan pihak pembeli.
Untuk para pembelinya, Panca mengaku, ada sekitar 135 perusahaan multinasional baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang hadir dalam acara ini. “Para pembeli datang dari Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Korea,” kata Panca.
Menurut Direktur Meetings Incentives Conventions & Exhibition (MICE) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Nia Niscaya, pertemuan MICE ini bukan hanya berorientasi pada transaksi bisnis selama berlangsungnya acara, tetapi yang lebih penting adalah investasi networking ke depan.
Ini diakui oleh Hutami Citra, pemilik Cita Event Organizer. “Ini peluang dan promosi bagi EO kami yang perlu dikenalkan ke perusahaan multinasional dan internasional,” ujarnya. Ajang promosi semacam ini, kata Citra, akan membuat perusahaan baru seperti miliknya, memiliki peluang untuk memperoleh lahan bisnis di bidang EO.
Pelaku bisnis lainnya, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), MA Desky menyampaikan Yogyakarta layak menjadi tempat perhelatan MICE. “Hotel dan tempat pertemuan di Yogyakarta sudah cukup memenuhi syarat,” kata Desky. Hanya saja, ujar Desky, Yogyakarta belum mungkin membuat ajang besar seperti pameran pesawat tempur atau acara dengan jumlah peserta puluhan ribu. Pertama karena bandara di Yogyakarta tidak 24 jam. Kedua Yogyakarta tidak dekat pelabuhan. “Kalau misalnya ada pameran alat berat misalnya pesawat tempur, kan satu-satunya jalan melalui pelabuhan, nah Yogyakarta tidak punya,” kata dia. Desky juga mengusulkan, gedung pertemuan seperti Jogja Ekspo Center sebaiknya juga dilengkapi dengan hotel. “Karena kalau gedung pertemuan dengan hotel berdekatan, akan memudahkan peserta,” katanya.
ASITA yang memiliki 140 agen perjalanan, kata dia, bisa berpartisipasi dalam menyediakan pemandu wisata jika diadakan acara perjalanan wisata. “Kami memiliki 1000 pemandu wisata yang bisa berpartisipasi bila ada tamu dari luar datang ke Yogyakarta,” kata Desky.
Di tempat yang sama Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tazbir, mengatakan Yogyakarta akan giat mempromosikan MICE karena bisa meningkatkan pendapatan asli daerah.
BERNADA RURIT
