TEMPO Interaktif, Nunukan: Konflik Indonesia dengan Malaysia di Perairan Ambang Batas Laut (Ambalat) ternyata tak mempengaruhi aktifitas warga Kecamatan Sebatik, Kecamatan Nunukan, Kalimantan Timur.
Berdasarkan pantauan Tempo di Pulau Sebatik, Sabtu (6/6), semua pusat ekonomi warga berjalan normal. Pelabuhan Sungai Nyamuk yang menjadi pusat keluar masuk warga beroperasi seperti biasa.
Pusat transaksi warga seperti pasar tradisional dan pasar modern serta hotel di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia tetap melayani konsumen.
Seperti diungkapkan Sulaiman (71), peteni kebun di Dusun Seberang Desa Pancang Kecamatan Sebatik tetap berkebun di lahannya yang terbagi dua negara. Ia mengaku tahu adanya konflik Ambalat tapi tak sedikit pun membuatnya khawatir.
Saat ditemui di kebunnya, Sulaiman sedang menggarap lahannya yang masuk wilayah Negara Malaysia. Sulaiman mengaku ia menggarap lahan tapi tak berhak atas tanah yang digarapnya karena masuk wilayah Malaysia.
"Kalau di tanah Malaysia itu tanahnya bukan punya saya, cuma saya berkebun saja," kata Sulaiman yang ditemui di kebunnya Sabtu (6/6).
Dari hasil berkebun, lanjut Sulaiman, bisa dinimati sepenuhnya oleh Sulaiman dan keluarga. Hasil panen kebun kakao dan sayur mayur lainnya biasa dijual ke Tawau, Malaysia dan sebagian lagi biasa dijual ke Tarakan.
Di pelabuhan penyeberangan Sungai Nyamuk pun demikian. Para pelaku usaha jasa pelayaran ini sama sekali tak menunjukkan adanya kekhawatiran mencuatnya konflik kedua negara. Dari mereka ada yang memiliki rute Sebatik Tawau, Malaysia. "Tawau kah mas," tawar tukang perahu Speed di Sungai Nyamuk kepada Tempo, yang baru saja tiba di Sungai Nyamuk.
FIRMAN HIDAYAT