Dalam acara peluncuran buku "Indonesian Top CEO Wisdom" yang diselenggarakan Bina Nusantara Business School, Martha menceritakan pengalaman itu.
Sepuluh tahun lalu, perusahaannya ditolak memasarkan produk di sebuah pusat perbelanjaan terkemuka. Alasannya, pusat perbelanjaan itu hanya memasarkan produk kosmetik merek asing. Martha pun geram.
"Saya menggebrak meja. Saya tanya dia (orang yang menolak produknya), kamu orang apa? Kamu hidup di mana? I'm your tenant. Kalau tidak boleh, saya akan lapor ke Presiden," tutur Martha berapi-api di acara peluncuran buku di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (16/6).
Martha menuturkan, mal dan pusat belanja besar sering keberatan apabila produk kosmetik nasional ikut tampil bersama produk-produk asing karena tidak mau kehilangan image.
Pola pikir bahwa produk asing adalah yang terbaik, kata dia, perlu diubah. "Masyarakat sering menganggap rendah produk lokal," katanya.
Kegigihannya membuahkan hasil. Dia berhasil membuat produk kosmetik perusahaannya dipajang di pusat perbelanjaan tersebut. Krisis ekonomi 1997 juga justru menjadi berkah untuknya. Ketika produk kosmetik asing harganya melambung tinggi karena nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat, produknya mulai dilirik masyarakat.
"Penjualan mulai naik. Orang mulai sadar bahwa produk nasional juga bagus," ujarnya.
Itu sebabnya, Martha mengaku tak khawatir dengan penjualan di tengah krisis ekonomi global sekarang.
NIEKE INDRIETTA