TEMPO Interaktif, Jakarta: Direktur Pencatatan Bursa Eddy Sugito menilai ada yang janggal dalam proses akuisisi PT Bentoel Internasional Investama Tbk oleh British American Tobacco Plc., Rabu lalu.
Eddy mencontohkan, perseroan sama sekali tidak memberi kabar ke otoritas sebelum transaksi itu terjadi. Kejanggalan lainnya, sebelum 12 Mei, harga saham perseroan relatif stabil di kisaran Rp 420-475. Harga kemudian melonjak menjadi Rp 540 pada 12 Mei. Dalam 25 hari perdagangan, pada 16 Juni harga saham Bentoel ditutup di Rp 750, naik sebesar 57,89 persen dibanding harga penutupan 12 Mei 2009 yang Rp 475.
"Kami mencoba mencermati dan menganalisis transaksi sebelum akuisisi," tutur Eddy saat dihubungi melalui telepon, Jumat (19/6). Jika ternyata ditemukan indikasi perdagangan orang dalam (insider trading), hasil analisis otoritas bakal dibawa ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Ia berharap hasil analisis bisa rampung pekan depan.
British mengakuisisi kepemilikan saham Bentoel dari Rajawali Group dan pemegang saham lainnya sebesar 85,125 persen dengan nilai Rp 5 triliun.
BUNGA MANGGIASIH