Saat ini perdagangan kedua negara mencapai US$ 2,1 miliar dengan komoditas ekspor terbesar Indonesia berupa tekstil, farmasi dan barang modal untuk industri.
"Volume perdagangan Indonesia ke Turki lebih banyak," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia MS Hidayat di sela Forum bisnis Indonesia-Turki di Hotel Grand Hyatt, Senin (29/6).
Dalam sepuluh tahun terakhir, lanjutnya, kedua negara telah membentuk konsil bisnis dengan target perdagangan US$ 2 miliar. "Sekarang sudah melebihi target," tambah Hidayat.
Turki dengan jumlah penduduk 70 juta jiwa dengan pendapatan per kapita US$ 10 ribu atau sekitar Rp 105 juta per tahun diharapkan dapat melakukan investasi ke Indonesia di bidang teknologi dan plantasi pengilangan minyak.
Dalam Forum yang diadakan Kadin itu, turut hadir Menteri Negara Turki Zafer Caglayan, Senior Project Manager Badan Promosi dan Investasi Turki (ISPAT) Ismail Bitirim, dan 50 pengusaha asal Turki.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie yang menyambut delegasi negara Turki mengatakan volume perdagangan Indonesia ke Turki terus bertumbuh. Tahun lalu, pertumbuhan ekspor mencapai 6,5 persen dengan kontribusi utama berupa ekspor sumber daya alam Indonesia. "Jarak Turki dan Indonesia memang jauh, tapi teknologi dan akses internet jadi mempermudah," kata dia.
Menteri Negara Turki Zafer Caglayan menambahkan di tengah krisis ekonomi global, Turki masih bertumbuh pesat dengan pertumbuhan GDP dari US$ 205 miliar menjadi US$ 742 miliar dalam lima tahun terakhir.
Industri yang diunggulkan Turki antara lain industri pertahanan produksi pesawat tempur, peralatan bersenjata, dan kapal perang. Selain itu juga ada industri mesin dan komponennya, elektronik, besi dan baja, otomotif, industri gelas, industri gula, semen, keramik, TPT, dan sektor agrikultur.
VENNIE MELYANI