Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Jagung di Dalam Mi

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -Perkara mi instan dari gandum atau sudah ditambah dengan bahan lokal seperti singkong, sagu, atau sukun sempat menjadi bahan sindir-menyindir antara calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dalam debat calon presiden beberapa waktu lalu. Meski sampai saat ini mi instan yang ada di pasar masih menggunakan tepung terigu dari gandum, sebenarnya para ilmuwan di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan di Institut Pertanian Bogor (IPB) telah mengembangkan mi instan dari berbagai bahan makanan kaya zat pati lainnya, termasuk jagung.
Meski baru prototipe, lima mahasiswa IPB, yaitu Ari Try Purbayanto, Riza Aris Apriady, Kamalita Pertiwi, Galih Nugroho, dan Catherine Haryasyah, telah membuat mi instan berbahan baku dari jagung. Tak sekadar membuat mi instan biasa, mereka juga memperkaya mi jagung tersebut dengan berbagai mineral penting yang dibutuhkan ibu hamil dan menyusui.
Inovasi yang mereka lakukan itu berhasil meraih juara ketiga dari 16 negara peserta kategori internasional dalam dalam kompetisi internasional dalam pengembangan teknologi pangan "Developing Solutions for Developing Countries Competition." Kegiatan tahunan itu digelar oleh Institute of Food Technologists (IFT), 6-9 Juni lalu di Anaheim, Amerika Serikat.
Meski keikutsertaan dalam kompetisi internasional itu merupakan pengalaman pertama bagi kelima mahasiswa tersebut, Galih dan teman-temannya yakin bisa menang. "Karena kami paling muda, peserta lain rata-rata sudah S-2," ujar Galih.
Galih dan timnya sengaja memilih mi jagung instan untuk ibu hamil untuk diikutsertakan dalam kompetisi itu karena tingginya angka kematian ibu di Asia Tenggara masih amat tinggi, dan 40 persen ibu hamil dan menyusui mengalami kekurangan berat badan. Bahkan, angka prevalensi anemia ibu hamil di kawasan ini mencapai 75 persen. Sekitar 12-22 persen perempuan berusia 15-49 tahun menderita kekurangan energi kronis.
"Kami menambahkan zat gizi mikro yang diperlukan selama masa kehamilan seperti folate, zinc, zat besi, vitamin A, dan iodine ke dalam produk ini," kata Galih dalam konferensi pers yang diadakan Nutrifood di Jakarta pekan lalu.
Mi instan sengaja dipilih karena survei konsumen menunjukkan bahwa penerimaan pangan ini lebih tinggi daripada bahan pangan non beras lainnya. "Sayangnya, sampai saat ini mi instan yang ada di pasar masih didominasi mi dari tepung gandum yang harus diimpor karena tidak bisa ditanam di wilayah Asia Tenggara," kata Galih. "Di sisi lain, produksi jagung di kawasan ini terus meningkat, tapi sebagian besar hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak."
Penelitian mi berbahan baku jagung sebenarnya bukan barang baru. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB sudah merintis pengembangan mi jagung sejak empat tahun lalu, lewat program RUSNAS dari Kementerian Riset dan Teknologi. "Tapi, penelitiannya baru berupa mi kering dan basah dari jagung," kata Galih. "Kami melakukan inovasi dan reformulasi menjadi mi jagung instan."
Purwiyatno Hariyadi, Direktur Southeast Asian Food Science and Technology (SEAFAST) Center sekaligus dosen pembimbing tim mahasiswa IPB, menyatakan pada prinsipnya mi dapat dibuat dari berbagai macam tepung, baik jagung, ubi, ataupun singkong. "Mi dari sumber lokal bisa dibuat dari apa saja, tak hanya jagung," katanya. Bihun pun bukan terbuat dari tepung gandum, melainkan tepung beras. Namun, tentunya mi jagung berbeda dengan mi gandum atau mi singkong."
Kunci pembuatan mi dari bahan pangan non-gandum ini, kata Purwiyatno, berada pada modifikasi bahan maupun parameter proses dan pengolahan sehingga karakternya mirip mi yang ada di pasar. Dia yakin mi instan jagung punya potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif, apalagi nilai protein tinggi sekitar 28 persen dan kandungan natrium lebih rendah. "Tapi kami perlu dukungan dari pemerintah dan industri untuk pengembangan prototipe ini," ujarnya.
Meski bahan pangan lain juga bisa dibuat mi, Galih dan teman-temannya sengaja memilih jagung karena tidak memerlukan zat warna buatan untuk menghasilkan warna kuning pada mi tersebut. "Kalau mi instan biasa ditambahi zat warna agar berwarna kuning," ujarnya. "Jagung memiliki pigmen warna betaxantofil, itu alasannya mengapa kami pilih jagung."
Untuk masalah teksturnya, tim mahasiswa IPB ini melakukan modifikasi lewat teknologi pemrosesan mi, sedangkan peningkatan kekenyalan mi jagung instan dilakukan melalui proses pengukusan dan ekstrusi, yaitu penekanan bahan dengan tekanan tinggi sambil diberi uap panas sehingga tekstur yang keluar bisa lebih halus. Butuh dua sampai tiga jam untuk mengolah tepung jagung menjadi mi instan karena semua proses dilakukan secara manual.
Ada dua teknologi pembuatan mi jagung instan ini yang berbeda dengan proses mi instan gandum, yaitu pengukusan dan ekstrusi. "Mi instan biasa memakai sistem rolling untuk pembentukan. Sedangkan kalau mi jagung pakai sistem rolling, dia nggak mungkin membentuk jadi mi, pasti patah-patah jadi rapuh, tidak bisa diaduk," kata Galih.
Keterbatasan waktu persiapan kompetisi yang hanya empat bulan mengakibatkan tim mahasiswa IPB ini baru mencoba dua varietas jagung untuk mi instannya. "Varietas yang bagus untuk dibuat mi adalah jagung hibrida," ujar Galih. "Varietas lain juga bisa dibikin mi, tapi hasilnya kurang bagus dibandingkan varietas hibrida karena warnanya jadi lebih cokelat."
Warna mi yang kuning cerah memang menjadi target tim mahasiswa IPB ini. Alasannya, persepsi masyarakat mengidentikkan mi dengan warna kuning. "Kalau orang melihat warnanya sudah jelek, nggak mungkin mau makan," ujarnya. "Soal rasa memang agak berbeda, masih berasa jagungnya, tapi secara umum, rasanya agak tawar sehingga cocok dengan berbagai varian rasa.
Harga pembuatan mi jagung instan ini memang sedikit lebih tinggi, kata Ari, tapi itu terjadi karena masih dalam skala laboratorium. "Tapi masih bersainglah kalau dibuat secara massal," kata Ari.
Untuk menghasilkan mi jagung instan ini, Galih dan teman-temannya harus berulang kali bereksperimen untuk mencapai formula yang tepat. Meski telah meraih gelar juara, mereka menyatakan mi jagung ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. "Mungkin ada proses yang masih kurang atau bolong sehingga harus dilengkapi lagi dan diperluas jenis varietas jagung yang dicoba," kata Galih.
TJANDRA DEWI
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

2 hari lalu

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika sidak pengawasan relaksasi HET beras di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta Timur pada Jumat, 15 Maret 2024. Tempo/Annisa Febiola.
Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

Ombudsman RI meminta pemerintah memperpanjang bantuan pangan hingga Desember 2024.


Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

3 hari lalu

Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar PSPT, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. BPS melaporkan sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar terhadap inflasi Oktober 2023 yang mencapai 2,56% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Tempo/Tony Hartawan
Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

Harga bahan pokok terkini, sebagian besar mengalami kenaikan, seperti beras dan cabai.


Terkini: Titik Rawan Macet di Jalan Tol dan Pantura saat Mudik Lebaran 2024, Sri Mulyani Dicecar Anggota DPR soal Program Makan Siang Gratis

8 hari lalu

Ilustrasi arus mudik dan balik Lebaran. TEMPO/Hilman Fathurrahman
Terkini: Titik Rawan Macet di Jalan Tol dan Pantura saat Mudik Lebaran 2024, Sri Mulyani Dicecar Anggota DPR soal Program Makan Siang Gratis

Menhub Budi Karya Sumadi memperkirakan titik kemacetan pada arus mudik Lebaran 2024 akan terjadi di ruas Jalan Tol Cipali.


Ekonom Sebut Harga Pangan Masih Pengaruhi Inflasi Periode Maret-April

9 hari lalu

Pedagang tengah melayani pembeli di Pasar PSPT, Jakarta, Rabu, 1 November 2023. BPS melaporkan sejumlah komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar terhadap inflasi Oktober 2023 yang mencapai 2,56% secara tahunan atau (year-on-year/yoy). Tempo/Tony Hartawan
Ekonom Sebut Harga Pangan Masih Pengaruhi Inflasi Periode Maret-April

Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky memproyeksi inflasi Maret dan April 2024 sehubungan dengan harga pangan yang sampai sekarang masih tinggi.


Sri Mulyani Ungkap Anggaran Bansos 2024 Melambung Tajam hingga 135 Persen

10 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 12 Juni 2023. Rapat tersebut membahas pengantar rencana kerja anggaran (RKA) dan rencana kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Keuangan tahun 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sri Mulyani Ungkap Anggaran Bansos 2024 Melambung Tajam hingga 135 Persen

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyebut, anggaran Bansos mengalami lonjakan tajam. Per 29 Februari 2024, realisasi anggaran Bansos mencapai Rp 9,6 triliun.


Jokowi Minta Bulog dan Bapanas Jaga Harga Pangan Menjelang Lebaran

11 hari lalu

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi (kanan) bersama Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi memberikan keterangan pers usai rapat tertutup dengan Presiden Joko Widodo terkait stok beras nasional di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 12 Februari 2024. Arief mengatakan saat ini di Pasar Beras Cipinang stok beras termasuk tinggi di atas 34.000 ton.  TEMPO/Subekti.
Jokowi Minta Bulog dan Bapanas Jaga Harga Pangan Menjelang Lebaran

Presiden Jokowi menginginkan supaya harga pangan, termasuk beras, dijaga menjelang Lebaran Idul Fitri pada 10-11 April mendatang.


Guru Besar IPB Kritisi Program Pembangunan Pangan Jokowi: Semua Program Itu Gagal, Ini Buktinya

12 hari lalu

Presiden Joko Widodo menyirami pohon kelapa genjah yang ditanamnya di lahan pertanian Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis 11 Agustus 2022. Pemerintah menargetkan penanaman satu juta batang kelapa genjah di beberapa daerah di Indonesia dengan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif sebagai upaya membangun ketahanan pangan. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Guru Besar IPB Kritisi Program Pembangunan Pangan Jokowi: Semua Program Itu Gagal, Ini Buktinya

Target swasembada padi, jagung, kedelai melalui program UPSUS Pajale, swasembada gula, sebagai program pangan Jokowi. Guru besar IPB sebut gagal semua


Terkini: Garuda Indonesia dan Citilink Tawarkan Diskon 75 Persen, Harga Beras Tinggi antara Dilema Jokowi dan Kecurigaan Ombudsman

13 hari lalu

Ilustrasi Garuda Indonesia. Dok. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Terkini: Garuda Indonesia dan Citilink Tawarkan Diskon 75 Persen, Harga Beras Tinggi antara Dilema Jokowi dan Kecurigaan Ombudsman

Garuda Indonesia dan Citilink menyediakan 42 ribu kursi dengan diskon tiket 75 persen di momentum Idul Fitri 2024 rute penerbangan ke Jakarta.


Soal Kelanjutan Beri Bantuan Beras, Jokowi: Kalau APBN-nya Memungkinkan...

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Gudang Bulog GDT (Gudang Daerah Tertinggal) Huta Lombang, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatra Utara, pada Jumat, 15 Maret 2024.  Foto Sekretariat Presiden
Soal Kelanjutan Beri Bantuan Beras, Jokowi: Kalau APBN-nya Memungkinkan...

Presiden Jokowi memberi bantuan pangan cadangan beras pemerintah kepada ratusan KPM di Kabupaten Labuhanbatu dan Padanglawas, Sumatera Utara.


Tinjau Pasar Kawat, Presiden Jokowi: Cuma Harga Cabai yang Naik

13 hari lalu

Presiden Jokowi meninjau barang dagangan di Pasar Oebobo, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu, 6 Desember 2023, Dalam kunjungannya Presiden Joko Widodo menyapa masyarakat dan pedagang hingga mengecek sejumlah harga kebutuhan pokok. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Tinjau Pasar Kawat, Presiden Jokowi: Cuma Harga Cabai yang Naik

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Penjabat Gubernur Sumatera Utara Hassanudin meninjau Pasar Kawat di Jalan Veteran, Kota Tanjungbalai.