Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom mengatakan penurunan itu pasti berpengaruh terhadap bunga kredit perbankan. "BI Rate, kan, sudah turun banyak. Masak bank tidak bisa," kata Miranda di gedung Bank Indonesia Jakarta, Jumat (3/7).
Dia menjelaskan, bank sentral pada dasarnya tidak bisa memaksa perbankan menurunkan bunga kredit. Pasalnya, mereka yang bertanggung jawab terhadap risiko yang bakal terjadi dari pinjaman yang disalurkan itu. "Ada bank-bank BUMN dan non BUMN yang sudah aktif menyalurkan kredit," kata dia.
Namun, Wakil Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja mengemukakan perseroan akan mengubah besaran bunga setelah menggelar rapat ALCO yang akan dilakukan pada akhir bulan ini.
Keputusan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia diambil setelah mengevaluasi perkembangan situasi ekonomi dan keuangan dalam negeri dan luar negeri."Berbagai indikator mutakhir menunjukkan perkembangan ekonomi global ternyata tiba pada bottom-nya," kata Miranda.
Dia menyebutkan, ekspor lebih baik, sehingga kuartal kedua menunjukkan surplus US$ 2,2 miliar. Permintaan konsumsi dalam negeri sangat baik tapi permintaan dunia belum membaik. Sementara rencana penyaluran kredit perbankan cukup tinggi beberapa waktu ke depan. Adapun inflasi bisa lebih rendah sampai akhir tahun dan nilai tukar akan stabil.
Menurut Miranda, kondisi perbankan nasional sampai saat ini baik, seperti tercermin dari perkembangan rasio kecukupan modal atau CAR yang tercatat rata-rata 17 persen, sedangkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di bawah 5 persen (gross).
Penurunan ini merupakan yang kedelapan kalinya sejak Desember 2008. Pada 3 Juni lalu suku bunga acuan sudah dipotong 0,25 persen menjadi 7 persen. Total bunga yang telah dipangkas sejak Desember hingga saat ini sebesar 300 basis point atau 3 persen.
EKO NOPIANSYAH